ICIS Kritisi Lambannya Sanksi PBB Atas Kekerasan di Myanmar
DEBAR.COM.-BEJI, DEPOK- Kasus kekerasan yang terjadi di Myanmar pada terhadap kaum muslim Rohingnya terus dipertanyakan. Sikap tersebut datang dari Direktur International Conference of Islmic Scholar (ICIS) Dr. Arif Zamhari. Dirinya menyoroti lambannya sikap Persatuan Bangsa-Bangsa atas terjadinya etnic cleansing yang dilakukan oleh rezim militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya.
“Ini adalah sebuah kejahatan kemanusiaan besar yang dilakukan secara resmi oleh sebuah rezim pemerintah. Peristiwa ini sama halnya dengan pembantaian puluhan ribu orang etnik Muslim Bosnia oleh komandan militer Serbia, Ratko Mladic,” ujarnya saat di Pesantren Al-Hikam, Kukusan, Beji, Senin (26/11/2018).
Menurutnya, dalam kasus Ratko Mladic kemudian diseret ke Mahkamah international dan dijatuhi hukuman seumur hidup. Terkait hal itu, dirinya mendesak agar Pengadilan Internasional harus menyeret para pelaku pembantaian etnik Rohingya. Yaitu: agar segera diadili ke Mahkamah Internasional dan diberkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Siapapun pelakunya harus mempertanggung jawabkan perbuatan biadabnya.
“Atas kejadian tersebut, Negara-negara Asean dan dunia harus memberikan sangsi politik serta ekonomi yang tegas terhadap pemerintah Myanmar. Negara-negara superpower dunia perlu bersikap Adil terhadap peristiwa kemanusiaan ini,” kesalnya.
Menurutnya, kebiadaban seperti ini yang terjadi di Myanmar tidak bisa dibiarkan. Untuk itu, lanjutnya, pelanggaran atas hak-hak asasi manusia ini secepatnya harus dihentikan dengan menindak tegas Pemerintah Myanmar.
“Apapun agamanya suku Rohingya adalah manusia yang perlu mendapatkan penghormatannya sebagai manusia. Tentunya, mereka perlu diperlakukan secara Adil Dan beradab sebagai manusia,” terangnya.
Pihaknya menyesalkan atas lamban dan lemahnya PBB dan Negara-negara lain. Terlebih lagi, lanjutnya, dalam memutuskan dan menyelesaikan kasus pembantaian etnik Rohingya Di Myanmar.
“Kita menyesalkan lambannya sikap PBB dan dunia atas kekerasan yang terjadi di Myanmar. Sudah bukan menjadi rahasia lagi yang menjadi korbannya adalah orang muslim,” jelasnya.
Dalam kasus Rohingnya, wilayah di Indonesia sering menjadi sasaran atau daerah pengungsian. Bahkan, sejumlah Lembaga Sosial dan Kemanusiaan di Indonesia juga melakukan penggalangan dana untuk muslim Rohingya.(2R/Debar)