SYIAR DEBAR ‘Mensyukuri Guru Bukan Sekedar Memperingati’ Oleh: Ustad Dr.Mukhrij Sidqy, MA
DEBAR.COM.-DEPOK- Bersyukur adalah salah satu perintah syariat, Allah SWT berfirman “Jika kalian bersyukur niscaya akan aku tambah (nikmat) kalian, dan jika kalian kufur sesungguhnya adzab-Ku sangatlah pedih”. Namun, nikmat serta anugrah yang Allah SWT berikan kepada hamba-Nya tidak begitu saja turun dari langit, tetapi nyaris selalu melewati makhluk-Nya, diantaranya nikmat ilmu melalui para guru. Maka kita harus bersyukur kepada Allah SWT dengan berterimakasih kepada para guru.
Rasulullah SAW bersabda “Siapa yang tidak bersyukur pada manusia (yang berjasa padanya), sejatinya ia tidak bersyukur kepada Allah SWT”. Ketika seseorang bersyukur atau membalas kebaikan orang yang pernah berjasa padanya, sejati itu bukanlah semata belas kasihnya, melainkan perintah syariat. Maka, siapa yang tidak pandai bersyukur pada manusia yang berjasa padanya maka ia tercela dihadapan syariat. Adapun guru telah menjadi perantara Tuhan dalam menyampaikan ilmu, maka sudah sepatutnya guru itu disyukuri.
Orang tua biologis itu melahirkan anak, tetapi zaman membuktikan bahwa guru telah menempati kedudukan orang tua dalam membentuk intelektualitas dan integritas anak, inilah yang disebut orang tua ideologis. Berapa banyak anak yang waktu kebersamaan dengan gurunya lebih lama dibanding bersama orang tuanya. Karena kedudukan sebagai orang tua ideologis yang membentuk wawasan dan akhlak mempertegas keharusan siapapun untuk mensyukuri keberadaannya.
Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib ra pernah berkata, “Aku adalah hamba sahaya bagi siapa saja yang mengajariku walau satu huruf”. Jika dikaitkan dengan konteks bangsa ini, guru semakin bergeser statusnya, bukan lagi guru tetapi tak ubahnya buruh di industri pendidikan, tepatnya “buruh pendidikan”. Lebih menyedihkan dari itu, ternyata “bisyaroh” (penggembira/gaji) guru lebih kecil dari buruh. Bukan untuk mengecilkan peran buruh, tetapi guru membentuk anak, bukan barang.
Terkait dengan Hari Guru Nasional (HGN), sepertinya tidak ada hal spesial bagi guru, yang ia seperti orang tua ideologis, hanya diperingati, atau ditugaskan memimpin upacara khusus Hari Guru. Kita patut mengapresiasi kebijakan pemerintah dalam usahanya memuliakan guru, tetapi akan lebih baik lagi jika peringatan itu digunakan sebagai moment untuk menggembirakan guru secara konkrit, misal dengan membebaskan guru dari berbagai kewajiban iuran negara, karena negara tercinta ini terkenal dengan gaji gurunya yang super irit, dan kita sebagai murid, harta tak pernah bisa membayar ilmu yang telah mereka berikan, maka pemuliaan terhadap guru adalah wajib bagi murid. (MUKHRIJ/Debar)