SYIAR DEBAR: ‘Bermusuhan Adalah Provokasi Setan’ Oleh: Ustad Dr.Mukhrij Sidqy, MA

DEBAR.COM.-DEPOK- Setan adalah musuh nyata dan abadi manusia, sebagaimana firman Allah SWT, “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu”. QS. Al-Baqarah : 168. Karena ia adalah musuh yang nyata, mestilah kita menghindari, mewaspadai dan melawannya. Tidak menjadikannya teman, rekan apalagi panutan.

Diantara kerja setan kepada manusia adalah meniup angin-angin permusuhan diantara mereka, firman Allah SWT “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.’” (QS. Al-Isra : 53). Rasa permusuhan ini terjadi baik secara individu maupun kolektif, untuk urusan dunia bahkan urusan agama, orang awam bahkan yang dianggap berilmu.

Permusuhan yang diperturutkan tidak pernah berbuah kebaikan. Lihatlah permusuhan pertama di dunia antara Habil dan Qabil yang berujung pertumpahan darah. Maka itu Rasulullah SAW “Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka akan diampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, kecuali dua orang laki-laki yang terdapat permusuhan antara dia dengan saudaranya. Maka dikatakan: ‘Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai”.

Kita menyaksikan betapa rasa permusuhan ini justru dipelihara dan diindustrikan, artinya dibalik permusuhan yang terjadi ada pihak yang mengambil keuntungan, dan ini terjadi dalam dunia politik di Indonesia. Betapa dalam setiap moment politik baik tingkat pusat dan daerah selalu terjadi konflik di masyarakat, saling mencaci, menghina, sumpah serapah hingga saling ancam. Siapapun yang mengajak pada hal demikian mestilah menjadi perpanjangan tangan dari setan, siapapun dia, bahkan agamawan sekalipun.

Tidak ada akal sehat yang ingin hidup dalam suasana saling bermusuhan, dan tidak ada permusuhan yang membahagiakan, padahal tujuan agama adalah untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat. Jikapun ada rasa benci karena ketidak sesuaian pendapat kita dengan orang lain hendaknya direfleksikan dalam sebaik-baiknya sikap, jika rasa benci itu karena urusan pribadi, hendaklah tidak melibatkan orang lain untuk memiliki rasa benci yang sama, yang demikian untuk menutup peluang-peluang setan memprovokasi manusia.(MUKHRIJ/Debar)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button