Simulasi PTM Terbatas Digelar Selama Dua Hari
DEBAR.COM.-DEPOK- Terhitung mulai hari ini, Selasa dan Rabu, 28-29 September 2021, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok menyelenggarakan kegiatan simulasi Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di seluruh SD dan SMP di Kota Depok.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok, Wijayanto mengatakan, sebelum pelaksanaan simulasi PTMT terbatas, pihaknya telah melaksanakan monitoring pada seluruh sekolah dari jenjang TK sampai SMP negeri maupun swasta selama 20 hari.
“Kami akan menyelenggarakan simulasi selama dua hari berturut-turut pada Selasa dan Rabu. Dari monitoring, seluruh sekolah bisa dikatakan sudah siap,” kata Wijayanto, Senin (27/09/2021) kemarin.
Dikatakan Wijay, selama simulasi PTMT, proses belajar mengajar dibatasi dengan jumlah rombongan belajar (rombel), hingga siswa pulang ke rumah baik dijemput ataupun tidak. Peran wali kelas juga sangatlah penting untuk memantau agar siswa langsung pulang ke rumah masing-masing.
“Diharapkan setiap sekolah mempersiapkan sosialisasi kepada keluarga besar sekolah. Baik berupa video, pamflet, maupun brosur ke orang tua siswa,” ujarnya.
Lebih lanjut Wijay mengatakan, simulasi PTMT jenjang SMP dibagi menjadi tiga wilayah yaitu barat, tengah, dan timur dengan masing-masing satu sekolah negeri dan swasta. Wilayah timur di SMPN 4 Depok dan SMP YAPPA, tengah SMPN 5 dan SMP Al-Muhajirin, serta Barat SMPN 18 dan SMP Al-Hasra.
“Kami juga bagi harinya, contoh di hari Selasa tiga sekolah, dan Rabu tiga sekolah sisanya. Terus kami minta untuk satuan pendidikan di atas agar mendokumentasikan kegiatan belajar mengajar. Jika bagus bisa menjadi contoh sekolah lainnya,” ungkapnya.
Sementara, pada jenjang SD diinstruksikan agar seluruhnya melaksanakan simulasi PTMT serta mematuhi pola-pola pembatasan dan protokol kesehatan. Setelah simulasi dilakukan, pihaknya bersama stakeholder akan melakukan evaluasi untuk menyiapkan pelaksanaannya pada Senin (04/10/2021) mendatang.
“Simulasi nanti tidak menghadirkan seluruh siswa di sekolah. Tetapi hanya kelas tingkat tinggi dan rendah saja, contohnya di SD hanya kelas 1 dan 6 diisi dalam kelompok kecil yaitu 15 siswa. Sementara SMP, hanya diisi oleh kelas 9 yang juga dibagi kelompok kecil karena mereka sudah punya pengalaman belajar offline sebelum pandemi,” tutupnya. (AR/Debar)