Syiar Debar ‘Pesan Sosial Dalam Isra Mi’raj’ Oleh: Dr. KH. Mukhrij Sidqy, MA
DEBAR.COM.-DEPOK- Tidak ada satu pun hal di semesta ini yang membuat Rabbul ‘alamin terkejut. Bagi-Nya semua yang akan terjadi berada dalam ilmu-Nya. Termasuk tentang kembalinya Rasul SAW beberapa kali untuk meminta keringanan terkait salat lima puluh waktu bagi umatnya. Itu bukanlah hal baru bagi Allah SWT, dan Allah SWT memang akan mewajibkan hanya lima waktu saja bagi umat Rasulullah SAW, hanya saja itu terbungkus dengan kasih sayang Rasulullah SAW kepada umatnya atas nasehat Nabi Musa as.
Dikatakan bahwa salat itu tiang agama, yang meninggalkannya dia telah meruntuhkan agama. Begitu urgennya salat, namun Allah SWT dengan kasih sayang-Nya tetap memberikan toleransi bagi kalangan tertentu, seperti yang tidak mampu berdiri boleh duduk hingga berbaring, yang musafir boleh di gabung dan di ringkas (jama qashar), bagi yang tidak bisa bersuci dengan air maka boleh tayammum. Begitulah agama ini mendidik kita untuk memudahkan dan berkasih sayang.
Mentalitas sebagian kita nampaknya belum menjangkau nilai memudahkan dan berkasih sayang kepada sesama. Hingga sering kali muncul slogan jokes “Jika bisa dipersulit mengapa di permudah, jika bisa dijual mengapa harus di gratiskan”. Jadilah seperti kasus minyak goreng yang belakangan ini menjadi permainan oknum tertentu, rakyat sulit mencari kebutuhan pokok tersebut, karena mentalitas sholat sebagai cindera mata Isra Mi’raj yang bermuatan kasih sayang dan effort untuk memberi kemudahan kepada sesama itu belum dimiliki.
Lain lagi halnya dengan oknum birokrat negeri ini yang sudah jadi rahasia umum gemar menjual jasa birokrasi. Tidak perduli kepada siapa mereka berhadapan, lembaga sosial kah, rakyat jelata kah, selama ada celah jasa birokrasi itu bisa di komersialkan maka mereka tidak malu meminta dan menerima uang tersebut. Inilah mentalitas yang kontra produktif dengan nilai Isra Mi’raj, meski kita sebenarnya setiap tahun memperingatinya.
Salat sebagai Cindera mata Isra Mi’raj mendidik kita untuk menjadi manusia sosial. Satu ketika orang butuh bantuan kita, tetapi lain waktu mungkin kita yang butuh bantuan orang lain. Bukan kah kita ingin saat membutuhkan bantuan, orang lain dengan sukarela membantu kita, bukan justru mempersulit keadaan atau mencari celah keuntungan dari problem yang sedang kita hadapi. Hidupkan lah jiwa yang salat, dan salat adalah Mi’raj nya orang beriman. Mudahkan dan berkasih sayang lah.(MUKHRIJ/Debar)