Unpam Gelar Sosialisasi Kenali Potensi Permasalahan Anak Remaja dan Bangun Karakter Anak Hebat Panti Asuhan Yayasan Al-Kamilah
DEBAR.COM.-BOJONGSARI, DEPOK- Universitas Pamulang (Unpam) mengadakan Sosialisasi Mengenali Potensi Permasalahan Anak Remaja Panti dan Membangun Karakter Anak Hebat yang berlangsung di Yayasan Al-Kamilah Depok, Jl. Raya Serua, Kelurahan Serua, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok pada tanggal, 11, 12 dan 13 Juni 2022 lalu.
Masa anak-anak dan masa remaja adalah masa di mana seseorang sedang mencari jati diri. Pada periode ini, anak-anak dan remaja akan menunjukkan berbagai kemampuan yang dimilikinya. Namun demikian, berbagai masalah anak-anak dan remaja juga bisa terjadi, mulai dari masalah sepele hingga masalah berat yang memberi dampak buruk bagi kesehatan mental. Masalah remaja bisa terjadi di mana saja, baik di lingkungan sekolah maupun keluarga. Kendati demikian, sebagian orang tua kerap tidak mengetahui dan memahami permasalahan remaja saat ini. Padahal, orang tua menjadi sosok yang seharusnya bisa diandalkan untuk menangani masalah anak-anak dan remaja. Sebagai orang tua, sudah seharusnya memahami berbagai jenis masalah anak-anak dan remaja. Jika tidak, hal ini bisa menambah beban sang anak dan memberi dampak buruk bagi kesehatan mental.
Anak remaja merupakan masa peralihan dari anak ke dewasa. Tantangan masa anak remaja yang cukup berat. Anak remaja merupakan asset sebagai penerus generasi. Anak remaja merupakan masa produktif dan memiliki potensi diri yang besar serta memerlukan pendampingan yang tepat. Permasalahan anak-anak dan remaja yang umumnya timbul di masyarakat misalnya, masalah penampilan, tuntutan akademis atau pendidikan, kecemasan dan depresi, masalah dengan orang terdekat, perundungan, percintaan dan aktivitas seksual atau ketertarikan dengan lawan jenis, kecanduan gawai, pornografi dan narkoba, tekanan dari pergaulan teman sebaya, hubungan dengan orang tua dan keluarga, hubungan sosial dengan masyarakat sekitar, rokok dan minuman keras, obesitas, tawuran, Identitas dan jati diri, dan lain sebagainya.
Hal ini harus menjadi perhatian khususnya orang tua, masyarakat dan pemerintah. Untuk menyikapi hal tersebut kita perlu melakukan pengawalan, pengawasan dan perlindungan kepada mereka. Dan tentu harus memberikan solusi dan perlindungan agar jangan sampai permasalahan tersebut berkembang lebih besar. Selain itu perlu ada pendidikan karakter kepada mereka. Pendidikan Karakter adalah Mengajar peserta didik tentang nilai-nilai dasar kemanusiaan termasuk kejujuran, kebaikan, kemurahan hati, keberanian, kebebasan, kesetaraan dan penghargaan kepada orang lain dengan tujuan untuk mendidik anak-anak menjadi bertanggung jawab secara moral dan warga negara yang disiplin (Association for Supervision and Curriculum Development).
Panti Asuhan adalah lembaga sosial nirlaba yang menampung, mendidik, dan memelihara anak-anak yatim, yatim-piatu dan anak terlantar. Panti Asuhan lebih di kenal dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab serta memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta dalam bidang pembangunan sosial.
Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan kewajiban negara untuk memelihara fakir miskin dan anak terlantar. Ini dimaksudkan bahwa Pemerintah memberikan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial sebagai perwujudan pelaksanaan kewajiban negara dalam menjamin terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar warga negara yang miskin dan tidak mampu. Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara. akibatnya masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat.
Masa remaja merupakan periode yang berlangsung dari sekitar usia 11 hingga 21, mencakup banyak perubahan sosial dan emosional. Transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa ini mengarah pada perilaku yang berubah dengan cepat, gangguan identitas dan emosi yang kuat. Meskipun karakteristik ini dapat membuat frustasi atau membingungkan orang tua, mereka secara perkembangan normal dan merupakan bagian alami dari pertumbuhan remaja.
Perubahan bisa tidak konsisten dan juga tidak nyaman. Remaja mengalami perubahan fisik, sosial, serta pribadi dan emosional. Proses kognitif juga akan mulai berbeda. Tingkat di mana remaja mengalami perubahan akan bervariasi tergantung pada jenis kelamin, genetika, faktor lingkungan dan kesehatan.
Tahun-tahun remaja adalah periode unik pertumbuhan dan perkembangan yang dipenuhi dengan energi, kegembiraan dan pengalaman baru. Tidak ada dua remaja yang sama dan masing-masing mengalami masa remaja mereka secara unik. Pengaruh orang tua dan budaya mempengaruhi perkembangan remaja dengan berbagai cara.
Namun, mereka semua mengalami perubahan hormon dan perubahan fisik yang berkontribusi untuk membentuk rasa kemandirian dan identitas mereka. Beberapa ciri-ciri remaja dan karakter khasnya yang perlu dipahami oleh orang tua
1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik adalah karakteristik utama remaja. Praremaja akan mengalami lonjakan pertumbuhan, perubahan struktur kerangka, perkembangan otot dan otak, serta perkembangan seksual dan hormonal. Perbedaan jenis kelamin berperan ketika perubahan ini terjadi. Untuk anak perempuan, perubahan fisik mulai terjadi pada sekitar usia 12, sementara anak laki-laki biasanya mulai melihat perubahan pada sekitar usia 14 tahun. Gangguan makan, penggunaan narkoba dan aktivitas seksual dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius jika remaja terlibat dalam perilaku ini selama perubahan fisik yang cepat ini.
2. Sosialisasi
Sosialisasi adalah karakteristik lain dari remaja, ketika mereka mulai bersosialisasi lebih banyak dengan teman sebaya mereka dan memisahkan diri dari keluarga mereka. Selama masa kanak-kanak, anak-anak memiliki loyalitas kepada panutan orang dewasa mereka, seperti orang tua atau guru. Namun, selama masa remaja, kesetiaan ini bergeser, membuat praremaja lebih loyal kepada teman dan rekan mereka. Bagi remaja, harga diri sangat tergantung pada kehidupan sosial mereka. Anak perempuan cenderung menempel pada kelompok kecil teman dekat, sementara anak laki-laki membangun jejaring sosial yang lebih besar. Remaja sangat menyadari orang lain dan bagaimana mereka dipersepsikan selama tahap ini.
• Perkembangan Kognitif
Perubahan dalam proses kognitif adalah karakteristik selama remaja. Praremaja mengalami pemikiran yang lebih tinggi, penalaran, dan pemikiran abstrak. Praremaja mengembangkan keterampilan bahasa yang lebih maju dan verbalisasi, memungkinkan komunikasi yang lebih maju. Pemikiran abstrak memungkinkan remaja untuk mengembangkan tujuan, keadilan, dan kesadaran sosial. Remaja juga memutuskan bagaimana pilihan moral dan etis akan memandu perilaku mereka selama ini. Proses kognitif dipengaruhi oleh sosialisasi keseluruhan, yang berarti bahwa remaja akan berkembang secara berbeda selama tahap ini berdasarkan faktor individu.
• Karakteristik Pribadi dan Emosional
Masa remaja adalah masa ketika emosi mulai meninggi. Orang tua dan guru mungkin mulai memperhatikan perilaku argumentatif dan agresif karena emosi yang tiba-tiba dan intens. Remaja juga memiliki sifat mementingkan diri sendiri. Mereka sibuk dengan diri mereka sendiri karena mereka mulai mengembangkan rasa diri, tetapi mereka juga meneliti proses pemikiran dan kepribadian mereka sendiri. Kemungkinan mulai terlihat tak berujung selama remaja, membuat beberapa remaja menjadi terlalu idealis. Mereka juga percaya bahwa pikiran dan perasaan mereka unik, meragukan bahwa orang lain mungkin dapat memahami apa yang mereka alami.
• Independen, Emosional dan Pemberontak
Pemberontakan remaja yang khas dapat bertahan hingga enam tahun dan dapat mencakup perilaku menantang dan suasana hati yang berubah dengan cepat, menurut Dr. Barton D. Schmitt melaporkan dalam sebuah artikel “Remaja: Berurusan dengan Pemberontakan Normal,” di situs web Children’s Physician Network dilansir dari How to Adult. Meskipun tidak semua remaja menjadi pemberontak, banyak yang menjadi lebih menentang otoritas, seringkali memiliki dampak besar pada dinamika keluarga dan hubungan pribadi. Remaja membentuk konsep diri dan rasa identitas mereka dengan membangun kemandirian dari orang tua, kadang-kadang terlibat dalam konflik verbal emosional dengan keluarga atau perilaku pemberontak lainnya.
• Moodiness Ekstrim pada Remaja
Remaja terkenal karena perubahan suasana hati yang sering dan serangan lekas marah. Moodiness pada remaja seringkali merupakan bagian normal dari perkembangan remaja. Remaja menghadapi perubahan yang konstan dan cepat, tekanan sosial, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan identitas, sehingga tidak mengherankan jika mereka merasa murung lebih sering daripada tidak. Suasana hati tidak selalu memprihatinkan dan biasanya tidak memerlukan intervensi profrsional. Tetapi karena kemurungan yang ekstrem dapat menimbulkan masalah yang lebih besar, penting bagi orang tua untuk belajar membedakannya.
• Identitas diri
Masa remaja adalah masa ketika remaja mulai mengeksplorasi dan menegaskan identitas pribadi mereka. Selama periode perkembangan ini, remaja terlibat dalam proses mencari di mana mereka cocok dengan teman sebaya dan masyarakat pada umumnya. Adalah umum bagi remaja untuk memiliki perasaan diri yang tidak stabil dan mencoba label pribadi baru dan bergaul dengan berbagai kelompok teman sebaya. Selain itu, remaja mungkin berjuang untuk mendefinisikan identitas seksual dan gender mereka selama masa remaja. Sementara masalah identitas yang tidak stabil ini adalah bagian umum dari remaja awal, mereka cenderung stabil antara usia 19 dan 21 tahun, menurut Akademi Anak Amerika dan “Fakta untuk Keluarga” Remaja, seperti dikutip oleh Early Head Start National Resource Center.
• Hubungan Sebaya
Selama masa remaja, hubungan dengan teman sebaya mulai lebih diutamakan daripada hubungan dengan keluarga. Meskipun interaksi keluarga masih penting dan penting untuk perkembangan remaja, remaja sering lebih menekankan pada persepsi dan nilai-nilai teman-teman mereka. Demikian juga, selama masa remaja, remaja mungkin sangat dipengaruhi oleh kepercayaan dan perilaku teman sebaya mereka. Dipasangkan dengan pengalaman hidup remaja yang terbatas dan keterampilan pengambilan keputusan yang kurang berkembang, remaja sering rentan terhadap tekanan teman sebaya yang negatif.
• Kemandirian dan Batas Pengujian
Remaja sering menguji aturan dan batasan orang tua dan guru. Meskipun perilaku memberontak ini mungkin tampak bertentangan dengan orang tua, dalam banyak kasus, perilaku ini didorong oleh kebutuhan remaja untuk mengembangkan otonomi, mengalami kegiatan baru dan mendapatkan lebih banyak kemandirian, jelas American Psychological Association. Meskipun remaja dapat mengambil manfaat dari menguji batasan selama masa remaja, mereka masih memerlukan aturan dan batasan jika mereka ingin menghindari pengaruh negatif dan mencapai potensi mereka.
• Sikap egois
Seringkali sulit bagi remaja untuk melihat keadaan dari sudut pandang orang lain. Ini sebagian disebabkan oleh struktur otak mereka yang masih berkembang. Dengan demikian, remaja mungkin menjadi egois dan fokus pada kebutuhan mereka sendiri tanpa mempertimbangkan bagaimana kebutuhan itu mempengaruhi orang lain. Kurangnya empati yang tampak ini adalah normal dan biasanya hilang dengan sendirinya begitu seorang remaja mencapai akhir masa remaja. Namun, kurangnya empati pada remaja dapat berarti ada masalah kesehatan mental mendasar yang lebih signifikan. Jika itu masalahnya, berkonsultasilah dengan petugas kesehatan mental.
Yayasan Al-Kamilah Depok merupakan Panti Asuhan Yatim/Piatu dan Dhu’afa yang secara legalitas di dirikan pada tahun 2012 dengan tujuan yang luhur dan mulia, yaitu mewujudkan impian anak-anak agar kelak menjadi generasi yang terampil, cerdas, mandiri, berakhlaqul karimah.
Dengan demikian Sosialisasi Mengenali Potensi Permasalahan Anak Remaja Panti dan Membangun Karakter Anak Hebat di Yayasan Al-Kamilah yaitu untuk menambah pemahaman, pengetahuan dan wawasan tentang peran keluarga, lembaga dan Pemerintah.
Berkaitan hal tersebut Yayasan Al-Kamilah bekerjasama dengan dosen Universitas Pamulang, dengan Ketua PKM (Pengadian Kepada Masyarakat) Haryono, S.H., M.M., M.H, dengan anggota Sugeng Samiyono, S.H., M.H, Evita Vibriana Wulandari, S.H., M.M., M.H memberikan Sosialisasi Mengenali Potensi Permasalahan Anak Remaja Panti dan Membangun Karakter Anak Hebat. Sosialisasi yang telah dilaksanakan selama 3 hari pada 11 – 13 Juni 2022, membuat anak-anak Santri dan pengurus senang dan antusias mengikuti Mengenali Potensi Permasalahan Anak Remaja Panti dan Membangun Karakter Anak Hebat
Ketua Pengabdian Kepada Masyarakat, Haryono, S.H. M.M.., M.H mengatakan, tujuan diadakannya Sosialisasi Mengenali Potensi Permasalahan Anak Remaja Panti dan Membangun Karakter Anak Hebat<span;> adalah untuk membekali anak remaja santri agar memahami dan mengetahui perihal perubahan fisik yang terjadi pada anak-anak santri serta tidak terjerumus dengan hal-hal yang tidak diinginan.
Sementara Ketua Yayasan Al-Kamilah, Ust. Badruddin, S.Ag., M.M mengatakan agar kerjasama ini berlanjut secara berkala, karena hal tersebut sangat bermanfaat baik untuk anak-anak, pembimbing dan pengurus Yayasan Al-Kamilah.(AR/Debar)