Syiar Debar ‘Implementasi Tabligh Bagi Pemimpin’ Oleh: Dr. KH. Mukhrij Sidqy, MA
DEBAR.COM.-DEPOK- Tabligh adalah salah satu kompetensi dari empat kompetensi seorang Nabi, tiga lainnya yaitu Shiddiq (jujur), amanah (profesional), Fathonah (cerdas). Tabligh adalah kompetensi untuk menyampaikan risalah, sehingga dipahami, meyakinkan, dan membuat orang bersedia mengikuti apa yang disampaikan, yang mungkin bisa kita sejajarkan dengan persuasif.
Tabligh sebagai kompetensi Nabi sudah sangat terbukti. Banyak riwayat yang mengabadikan bagaimana Nabi SAW itu apabila berbicara penuh kelembutan, tidak menyakiti hati lawan bicara apalagi sampai menghinanya, bahkan pada kondisi Nabi SAW sedang didzalimi, dihina atau emosi yang dimaklumi untuk berkata agak keras, tetapi itu tidak terjadi kepada Nabi SAW.
Satu waktu ada orang kampung yang buang air kecil di masjid Nabawi. Sahabat yang melihat marah, dan memang wajar untuk marah. Tetapi Nabi SAW memerintahkan mereka untuk membiarkan orang tersebut menyelesaikan hajatnya lalu memerintahkan Umat ra menyiramnya. Sampai saat ini, tidak ada satupun riwayat yang menyebutkan sumpah serapah nabi, atau emosi kemarahannya kepada orang yang buang najis tersebut.
Dalam mengkritik kekufuran, memang Nabi sangat tegas, itu diabadikan diantaranya dalam surat Al Kafirun. Tetapi bukan yang sifatnya sumpah serapah atau kata-kata konyol yang sia-sia dan tidak memiliki relevansi dengan konteks permasalahan. Sehingga kata-kata beliau menjadi sangat berwibawa dan menyentuh relung hati yang mendengarnya.
Saat ini, kita banyak diberi contoh pemimpin yang banyak bicara sia-sia, mungkin niat mencairkan suasana tetapi justru menyinggung dan membuat konflik. Seperti ucapan “jangan cari menantu seperti tukang bakso”. Secara diksi memang tidak ada masalah. Tetapi ini menjadi masalah karena diucapkan secara umum dan dari lisan pemimpin (mantan presiden). Maka itu, kepekaan pemimpin dalam tabligh harus sangat tinggi, agar kata kata yang keluar bukan justru menambah masalah.(MUKHRIJ/Debar)