KH. Samn Ma’i: Empat Sifat Rasulullah SAW Yang Patut Diteladani
DEBAR.COM.-DEPOK- Allah SWT memberi Rasulullah SAW Empat (4) Sifat untuk menyempurnakan dirinya, yaitu sifat Shiddiq atau Jujur, Amanah atau Bisa Dipercaya, Fathonah atau Cerdas, dan Tabligh atau menyampaikan.
Ke empat sifat Rasulullah SAW disampaikan dan dikupas oleh KH. Saman Ma’i atau yang akrab disapa Buya Hasmi pada pengajian Rutin setiap kamis malam jumat di Majelis Taklim Silahturrohmi Pimpinan Ustad Muhtasor Jiddan.
“Shiddiq yang berarti Jujur atau benar, dilihat tidak hanya dari segi perkataan tapi juga dari segi perbuatan. Nabi Muhammad SAW mencontohkan untuk tidak hanya mengumbar ucapan tapi juga melaksanakannya. Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang-orang munafik jika dikehendaki-Nya atau menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang,” ujar Buya Hasmi, Kamis (15/11/2018).
Amanah atau Bisa Dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh kerana itulah penduduk Mekkah memberi gelaran kepada Nabi Muhammad SAW dengan gelaran ‘Al-Amin’ yaitu ‘terpercaya’, jauh sebelum beliau diangkat jadi seorang Rasul. Apa pun yang beliau ucapkan, dipercayai dan diyakini penduduk Mekkah kerena beliau terkenal sebagai seorang yang tidak pernah berdusta. Mustahil Rasulullah SAW itu berlaku khianat terhadap orang yang memberinya amanah.
“Fathonah atau Cerdas. Rasulullah SAW selalu memiliki cara untuk menjelaskan firman-firman Allah kepada kaumnya dengan cara yang luar biasa sehingga mereka mau memeluk agama Islam. Beliau juga selalu menjaga hubungan baik dengan berbagai jenis orang serta mampu mengatur umatnya dengan sebaik-baiknya. Sebagai umat-Nya, menjadi orang yang cerdas artinya mampu memimpin diri kita sendiri agar menjadi seorang mukmin yang mampu membawa nama baik Islam. Untuk itu kita harus mampu menyesuaikan diri dengan keadaan. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, tapi bukan berarti kita tidak bisa belajar dari kesalahan,” jelasnya.
Sedangkan yang keempat adalah Tabligh atau Menyampaikan Risalah yang nyata. Saat menjadi Rasulullah SAW, beliau selalu menyampaikan setiap wahyu yang diterimanya sekalipun ada wahyu yang menyinggung dirinya. Sebagai umat-Nya, tentunya kita juga harus menyampaikan ajaran baik kepada orang-orang disekitar kita. Menjadi teman yang baik artinya juga mau mengingatkan, sekalipun seringkali kebenaran itu menyakitkan,” tutupnya. (2R/Debar)