SYIAR DEBAR

Oleh : Ustad Mukhrij Sidqy, MA

(Majlis Taklim Fusda Al-Amjad Kota Depok)

Berusaha Menjadi Orang Yang Mampu Menunaikan Haji

DEBAR – Allah SWT kerap menggandengkan ayat haji di dalam Al-Qur’an dengan kalimat “man istathâ’a ilaihi sabîla” (bagi siapa yang mampu menempuh perjalanan untuk menuju baitullah). Bahkan Rasulullah SAW pun memberi penekanan yang sama, hal ini karena haji adalah ibadah yang menguras berbagai sumber daya, tenaga, harta dan waktu. Namun, syari’at haji ini sering di remehkan dan di abaikan, banyak orang yang belum, bahkan tidak memiliki keinginan kuat untuk menunaikan haji, padahal sebenarnya ia memiliki kemampuan.

Haji adalah rukun Islam, sebagaimana syahadat, sholat, puasa dan zakat. Ia wajib di tunaikan saat syarat wajibnya terpenuhi. Jika seorang muslim itu sehat, sadar dan telah masuk waktu sholat, maka ia wajib sholat. Jika tidak, maka ia berdosa. Karenanya, siapa yang sehat dan memiliki materi yang cukup untuk mendaftar haji (tidak perlu berlebih), maka sesungguhnya ia wajib mendaftarkan diri untuk haji, jika tidak, maka ia telah mengabaikan panggilan Allah bagi orang beriman yang mampu. Adapun kapan waktu keberangkatannya itu urusan Allah.

Banyak orang belum menunaikan atau mendaftar haji, sebenarnya lebih pada niatnya yang masih lemah, bukan karena tidak mampu. Jika seseorang mampu mengkredit motor seharga tiga puluh juta,  dengan total harga senilai lima puluh juta, sudah semestinya ia memiliki rasa malu kepada Allah SWT. Karena ia sebenarnya telah mampu mendaftar haji dengan nilai sekitar tiga puluh lima juta. Apalagi jika ada orang yang sudah punya mobil. Maka, hadirkanlah rasa malu itu kepada Allah SWT yang telah memberikan kita limpahan nikmat.

Lamanya waktu keberangkatan bukanlah alasan untuk tidak mendaftar haji. Karena banyak orang dengan alasan itu kemudian hanya umroh saja. Itu tidak dilarang, hanya kurang tepat saja, karena umroh itu sunnah, dan haji itu wajib. Bagaimana mungkin kita mendahulukan sunnah dan mengabaikan yang wajib. Hal ini karena banyak agen travel, dalam konteks bisnis, membujuk masyarakat untuk umroh saja tanpa di berikan motivasi untuk haji.

Akhirnya, tidak ada istilah belum siap, karena jika datang syarat wajibnya, siap tidak siap harus siap. Kemudian, hadirkan rasa malu kepada Allah atas harta benda yang kita miliki, persembahkan untuk ibadah kepada Allah. Lalu, niatlah yang kuat, karena niat akan membuat yang tidak mampu menjadi mampu, dan Allah SWT Maha Melihat isi hati hamba-Nya, apakah harta bendanya itu lebih berharga baginya dari pada berkunjung ke rumah-Nya dan bersimpuh di hadapan maqam kekasih-Nya, Rasulullah SAW. Maka, berusahalah menjadi mampu, bukan menunggu mampu untuk berhaji.(Mukhrij/Debar)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button