SYIAR DEBAR ‘Profesionalitas Pemimpin Perspektif Hadis’ Oleh: Ustad Dr.Mukhrij Sidqy, MA
DEBAR.COM.-DEPOK- Profesional adalah orang yang menjalankan profesi sesuai dengan keahliannya. Seorang profesional tentunya harus mempunyai keahlian yang di dapatkan melalui suatu proses pendidikan dan disamping itu terdapat unsur semangat dalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Seorang profesional harus dapat bertindak objektif, yang artinya bebas dari rasa sentimen, benci, malu maupun rasa malas dan enggan bertindak serta mengambil keputusan. Terkait hal ini, Rasulullah SAW bersabda “Bila sebuah urusan diserahkan pada selain ahlinya (yang tidak profesional) maka tunggu saat kehancurannya”.
Saat ini, di Indonesia khususnya, Pemimpin tingkat kota hingga negara berasal dari utusan partai politik. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, selama calon pemimpin yang diutus memang profesional atas jabatan yang akan diembannya. Yang jadi masalah adalah, jika calon pemimpin yang diutus tidak profesional, tetapi hanya karena punya modal materi, ia pun bisa melenggang bebas mencalonkan diri sebagai pemimpin sebuah wilayah.
Pemimpin atau pejabat publik di Indonesia pada hakikatnya lebih cendrung pada birokrasi. Artinya, kemampuan teknis di bidang birokrasi lebih ideal untuk menjadi pejabat publik, namun tentu dengan syarat memiliki integritas yang tinggi, dibanding dengan seorang agamawan, sekalipun sangat dikenal. Karena agamawan yang asing pada dunia birokrasi saat menjadi pejabat publik, sekalipun berintegritas tinggi, akan mudah dikelabui oleh para ‘koruptor’ yang paham seluk beluk birokrasi.
Selain hadis di atas untuk menegaskan tentang profesionalitas, kata lain yang sangat relevan adalah “ihsan”. Biasanya kata tersebut sering diartikan secara spiritualis-agamis saja. Dalam pandangan kontemporer, ihsan adalah embrio profesionalitas. Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan atas segala sesuatu…”, yaitu melakukan sesuatu dengan sebaik dan semaksimal mungkin, dan itu tidak akan bisa dilakukan kecuali oleh seorang profesional.
Dari beberapa penjabaran di atas, kita memahami bahwa pemimpin bukan sekedar terkenal, bukan pula keturunan apalagi hasil pencitraan. Yang dibutuhkan adalah yang profesionalitasnya sesuai dengan tugasnya sekalipun kurang dikenali, tugas itu adalah kemampuan menggerakkan dan mengawasi mesin birokrasi, tidak hanya pandai mengaji. Tapi tentu sangat baik sekali jika pandai mengaji. (MS/Debar)