Petaka di Balik Manisnya Brown Sugar Boba
DEBAR.COM.-DEPOK- Peningkatan tren konsumsi minuman Brown Sugar Boba akhir-akhir ini terasa di berbagai kalangan masyarakat. Hal tersebut dapat ditandai dengan antusiasme masyarakat untuk mengantre hingga berjam-jam hanya untuk mendapatkan minuman boba tersebut.
Menurut seorang remaja yang kami temui sedang mengantre di salah satu kedai boba, mengatakan kalau dirinya sudah ketiga kalinya ngantri beli boba disini. “Aku emang suka banget beli boba soalnya enak dan cocok buat diminum sambil nongkrong,” ujar Farhan sambil menikmati boba.
Brown Sugar Noba merupakan minuman susu dengan karamel yang ditambahkan dengan topping berupa boba kenyal, terbuat dari tepung tapioka dan juga brown sugar. Boba merupakan bagian dari sugar sweetened beverages (SSB) karena biasanya menggunakan pemanis sirup jagung tinggi fruktosa yang mengandung gula dan energi tinggi sehingga berpengaruh terhadap risiko terjadinya obesitas. Riset yang dilakukan oleh Rachel Tso menunjukkan bahwa dalam segelas brown sugar boba, terkandung 18,5 sdm gula dengan energi hingga 450 kalori.
Menurut Pedoman Gizi Seimbang yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, asupan gula yang baik dan aman dikonsumsi dalam satu hari adalah 4 sdm dimana jika dibandingkan dengan kandungan gula yang terdapat dalam satu gelas brown sugar boba, maka kandungan gulanya sangat jauh melebihi ambang batas yang dianjurkan.
Mengonsumsi satu gelas boba sudah memenuhi ¼ dari total kebutuhan energi per hari seseorang, namun tidak memenuhi kebutuhan zat gizi lainnya seperti protein, vitamin dan mineral yang penting bagi tubuh.
Berdasarkan kandungan gizinya dapat disimpulkan, bahwa Brown Sugar Boba sangat tidak baik untuk kesehatan, terlebih jika dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup banyak. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak buruk dari konsumsi boba adalah dengan melakukan regulasi untuk menganjurkan setiap gerai penjual boba untuk mencantumkan kandungan gizi dalam minuman mereka, khususnya total kalori dan kandungan gulanya agar masyarakat dapat lebih sadar akan bahaya yang terdapat dalam satu gelas boba.
Jadi masih rela antre berjam-jam untuk minum segelas boba?
Penulis: Adlina Zahrah, Amira Zalikha dan Syifa Nur Hanifah. Mahasiswa Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. (MAKMUR/Debar)