OPINI ‘Iman dan Urgensi Kehidupan Manusia’ Oleh : K.H.A.Mahfudz Anwar (Ketua MUI Kota Depok)
DEBAR.COM.-DEPOK- Manusia zaman now sangat kental dengan pemikiran kreatif dan inovatif. Segala sesuatu diukur dan ditimbang dengan akal. Hampir segala aspek kehidupan tidak ada yang lepas dari penilaian akal. Dan inilah yang membawa kemajuan saint dan teknologi yang pada akhirnya merubah pola hidup manusia itu sendiri. Konstelasi hidup masyarakat sangat deras perubahannya. Seiring dengan perkembangan zaman, maka terjadi pula pola pikir manusia yang serba pragmatis dan instan. Sering mengabaikan proses. Padahal proses itu sangat penting dalam menentukan hasil.
Maka untuk mencapai hasil yang baik, perlu proses yang baik pula. Dan inilah fungsi daripada iman bagi setiap orang dalam menjalani roda kehidupan ini. Sebab dengan iman seseorang dapat merasakan dan melihat sesuatu yang fakta dan nyata. Bukan sesuatu yang ilusi. Bukan pula hayalan. Karena iman selalu dibimbing oleh Wahyu Ilahi. Dan keterlibatan Tuhan dalam proses segala sesuatu itulah, akan dapat meminimalisir kesalahan atau kesesatan. Sekalipun human error itu bisa saja terjadi, namun tidak terlalu fatal.
Hal ini berbeda halnya jika seseorang melakukan sesuatu tanpa didasari iman, maka akan sangat mudah tergelincir. Karena dipahami bahwa kekuatan akal manusia sangat terbatas, baik kapasitas maupun kemampuan mengoperasikan otak/akalnya. Sehingga di kala manusia menentukan pilihan hidup, maka sebuah keniscayaan untuk menggantungkan nalar pikirnya pada kemampuan Ilahiyah. Agar prosesnya terbimbing dan hasilnya pun sesuai dengan kehendak (iradah) Tuhan. Segala sesuatu yang digantungkan pada iman tauhid lah yang membawa keberhasilan manusia yang sejati. Bukan keberhasilan yang semu. Sehingga kemajuan yang dicapai pun bukan kemajuan yang semu. Kehidupannya pun kehidupan yang sejati. Kebahagiaan pun, kebahagiaan yang hakiki. Yakni bahagia di dunia juga akan berlanjut di alam surga kelak.
Persoalannya adalah bagaimana caranya agar manusia zaman now mau berpikir berdasar Iman yang dibimbing wahyu? Kebanyakan masyakat sekarang lebih memandang hidup ini serba rasional. Kurang percaya dengan hal-hal yang bersifat transcendental. Padahal pengendalian akal dan hawa nafsu sangat dibutuhkan bimbingan wahyu. Oleh karenanya perlu adanya mauidzah hasanah yang selalu turut serta dalam setiap langkah hidup ini. Untuk memahami arti hidup dari dimensi spiritual harus selalu diformulasikan dalam setiap desain program. Baik makro maupun mikro. Bisnis raksasa sekalipun, perlu penyertaan modal Ilahiyah. Agar proses pengembangan bisnis selalu berlandaskan keadilan (equity) dan kejujuran (honesty). Sehingga tidak terjadi eksploitasi pada sebagian sisi kemanusiaan yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.
Dan kini kapitalisme telah berjalan terlalu jauh melangkahi rambu-rambu Ilahiyah. Maka kehadiran konsep Ilahiyah perlu dikembangkan dalam bentuk lebih modern agar dapat diterima oleh masyarakat yang rasionalis. Sehingga kewajaran berbisnis tidak hanya
menghitung harta, tapi juga menghitung rasa. Rasa kenyamanan, keadilan dan kesetaraan. Di sinilah perlunya integrasi fikih muamalah dengan akidah tauhid. Dan ini perlunya desain keilmuan yang berawal dari dunia pendidikan yang menjadi dasar pengembangan kehidupan masyarakat luas.
Dan nampaknya sekarang inilah waktunya kita bebenah pendidikan yang selalu berubah setiap ganti menteri. Padahal perubahan itu merupakan suatu proses alamiah yang sejalan dengan mengalirnya kehidupan, sehingga tidak perlu dikritisi, tapi perlu disinergiskan setiap ide dan gagasan yang mencerahkan dunia pendidikan. Dan para perancang tidak henti-hentinya memformat pola-pola pendidikan yang akan diterapkan pada semua anak bangsa. Isi dan muatan keimanan hendaknya menyertai proses perubahan ini, agar pendidikan kita tidak keropos yang ujung-ujungnya melahirkan sekularisme. Dan semakin menjauhkan manusia dari Tuhannya. Semoga saja para stakeholder dan wabil khusus pakar pendidikan dapat merespon ini, sehingga kelak generasi milenial tidak kosong nilai. Dan akal pikirannya terpola dalam bingkai spiritual yang menguntungkan dunia akhirat. Wallahu a’lam bis shawab. (AR/Debar)