SYIAR DEBAR ‘Mempersiapkan Kematian’ Oleh: Ustad Dr.Mukhrij Sidqy, MA
DEBAR.COM.-DEPOK- Tahukah kita siapa manusia cerdas itu? Umar ibn Khattab, khalifah kedua setelah Abu Bakar al-Shidiq, pernah berkata: ”Bersama sepuluh orang, aku menemui Nabi SAW lalu salah seorang di antara kami bertanya, ‘Siapa orang paling cerdas dan mulia wahai Rasulullah?’ Nabi menjawab, ‘Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat’ (hadits riwayat Ibnu Majah). Manusia cerdas bukanlah yang banyak ijazahnya, tetapi yang pandai mengingat kematiannya.
Seorang sahabat Nabi SAW yang bernama Salman Al-Farisi ra. juga pernah berkata: ”Tiga hal yang membuatku heran hingga membuatku tertawa: Orang yang mengangankan dunia padahal kematian tengah memburunya; orang yang lalai padahal ia tidak pernah dilupakan-Nya; dan orang yang tertawa sepenuh mulutnya, sementara ia tidak mengetahui apakah ia membuat murka Tuhan. Sementara itu, ada tiga hal yang membuatku bersedih: Perpisahanku dengan kekasih, Muhammad SAW, dahsyatnya hari kiamat, dan berdiri di hadapan-Nya sementara aku tidak tahu apakah aku diperintahkan ke surga atau ke neraka”.
Manusia yang mengingat kematian akan memendekkan angan-angannya, lebih menyegerakan berkarya, dan gemar berbuat kebajikan. Dia menginsyafi diri bahwa setiap manusia, baik kaya atau miskin, memiliki jabatan tinggi atau rendah, pintar atau bodoh, dan fisik sempurna atau cacat, semuanya akan kembali menyatu dengan tanah. Sendiri dalam kegelapan menghadapi malaikat maut.
Perbedaan terbesar orang yang mengingat kematian dengan tidak ialah terletak pada kehati-hatian bersikap, kerendahan hati, keikhlasan, amal kebaikan, dan kezuhudannya. Harta, tahta, kata, dan cinta dunia yang ia miliki tak memerngaruhi pandangannya terhadap semua manusia. Ia memahami manusia sama-sama sebagai makhluk ciptaan Allah yang akan kembali pada-Nya dan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya. Hanya tingkatan takwa yang membedakan kedudukan masing-masing manusia.
Ia tak segan menguras harta untuk membantu kesusahan orang lain. Jabatan atau tahta, ia fungsikan sebesar-besarnya untuk memaslahatan seluruh rakyat dan bukannya malah membebani hidup rakyat. Cinta, kata, serta popularitas, ia gunakan untuk melakukan banyak pencerahan agar kehidupan masyarakat terangkat lebih baik. Mengingat kematian akan melembutkan hati yang keras, kaku, dan beku. Syafiah ra mengisahkan seorang perempuan mengadu kepada Aisyah ra tentang kekesatan hatinya, lalu Aisyah berkata, ”Perbanyaklah mengingat kematian niscaya hatimu menjadi lembut”. Kemudian perempuan itu melakukannya sehingga hatinya menjadi lembut. (MUKHRIJ/Debar)