IAID Al-Karimiyah: Moderasi Beragama Solusi Kemajuan di Perguruan Tinggi
DEBAR.COM.-SAWANGAN, DEPOK- Saat ini kasus intoleransi dan radikalisme masih menjadi ancaman bagi Perguruan Tinggi. Terlebih lagi, kondisi psikologis mahasiswa dalam proses pencarian jati diri dan bebas dalam pola berpikir. Sehingga, menjadikan banyak paham dan ideologi masuk tanpa disadari.
Seperti yang sedang dilakukan Institut Agama Islam Depok (IAID) Al-Karimiyah menekankan mahasiswanya dalam moderasi beragama. Terlebih lagi, pada pembentukan sikap, karakter dan pola pikir. Hal itu disampaikan Rektor IAID Al-Karimiyah Dr. KH. Ahmad Patih Ghozali, MM.
“Negara begitu besar harus dibingkai dalam pendidikan yang memiliki wawasan kebangsaan, moderat dan berdasarkan nilai keadilan. Pendidikan yang didasari tanpa kebangsaan bisa menikam bangsa sendiri. Sebenarnya moderasi beragama itu sudah ada sejak dulu atau 1500 tahun lalu. Kita mengenal sebagai Islam wasatiyyah,” kata Ahmad Patih Ghozali seusai menjadi keynote speaker dalam acara Seminar Pendidikan dengan tema “Moderasi Beragama Wujudkan Peradaban Bangsa dan Negara yang Bermartabat”. Halaman IAID Al-Karimiyah, Sawangan, Depok, Selasa (07/03/2023).Ahmad Patih mengatakan, dirinya merasa prihatin adanya temuan di masjid sampai Perguruan Tinggi terpengaruh paham radikalisme dan intoleran. Selain mengajarkan ajaran agama Islam yang ramah, moderat, adil rahmatan lil alamin, juga menerapkan kurikulum. Pihaknya menjalankan kurikulum kampus merdeka yang salah satunya menjadikan bagian materi Pancasila sebagai mata kuliah wajib pada setiap program studi.
Ia menambahkan PTN maupun PTS membutuhkan moderasi beragama bila perlu setiap mata kuliah disisipkan materi moderasi beragama. Menurutnya, melalui pembentukan mindset para mahasiswa dalam moderasi beragama yang metching dengan perkembangan zaman. Apalagi, lanjutnya, saat ini juga telah memasuki era society 5.0 dan mengejar ketertinggalan tersebut.
“Kita optimis dengan moderasi beragama dan mindset mahasiswa yang terbuka pada kemajuan akan membawa dampak positif. Harapan membentuk peradaban bangsa Indonesia yang maju, unggul akan terwujud,” harapnya.
Hal senada diutarakan Ketua Pokja Moderasi Beragama Ditjen Pendidikan Islam Kemenag RI Dr. Anis Masykhur, S.Ag, MA. Menurutnya, moderasi beragama sudah ada sejak lama. Sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah ayat 143 terdapat kata ummatan wasathon atau umat yang moderat. Meski begitu, banyak beredar pertanyaan seperti: moderasi beragama sebagai hal baru dan dinilai menyudutkan agama Islam. Disamping itu, mereka menilai Islam tidak moderat dan perlu moderasi. Dia menilai banyak masyarakat yang belum paham mengenai moderasi agama.
“Tidak hanya Islam saja dalam moderasi beragama. Namun, Kemenag mendorong agar semua agama didorong agar umatnya bersikap moderat,” ujar Anis Masykhur.
Menurutnya, bahwa sejak abad-7 bangsa Indonesia melalui sejarah dikenal sudah menerapkan nilai-nilai Islam. Ia menyebutkan bangsa Arab disebutkan di dalam manuskrip bahwa melalui Ratu Shima sebagai pemimpin yang adil. Salah satu contohnya, barang yang hilang akan tetap terjaga di kerajaan tersebut atau menjaga barang milik orang lain. Dirinya menambahkan, Islam masuk ke Indonesia melalui dakwah yang lemah lembut seperti dengan dakwahnya para Wali Songo.
“Berdasarkan sejarah, bangsa Indonesia sudah dikenal dengan moderasi dalam beragama. Untuk itu, agar para mahasiswa selalu menjunjung tinggi dan menjalankan moderasi beragama,” pungkasnya.(AR/Debar)