DEBAR.COM.-DEPOK- Manusia dan binatang memiliki sifat dasar yang sama. Dalam konteks manusia sifat dasar atau sifat terendah manusia tersebut disebut syahwat. Adapun syahwat atau sifat yang seperti binatang itu adalah, makan-minum (konsumsi), buang air (rekresi), istirahat-tidur (hibernasi), eksistensi diri, dan seksualitas.
Dalam konteks syahwat, manusia dan binatang itu sama, perbedaannya hanya cara atau bentuk realisasinya. Seperti ayam makan dari tanah langsung, manusia pakai piring, kucing menandakan eksistensinya dengan air seni dan manusia dengan cara lain yang lebih modern, kambing melampiaskan seksualitasnya manusia pun sama. Disinilah manusia yang memperturutkan syahwatnya disamakan Allah SWT dengan binatang “mereka itu seperti binatang ternak (an’am) bahkan lebih buruk”.
Syahwat bukan sesuatu yang harus dimusnahkan, tetapi untuk dididik, dibentuk dan dilatih untuk tidak membuat manusia mendurhakai Allah SWT. Rasa lapar manusia bisa membuat manusia durhaka, tetapi dengan puasa, manusia rela lapar untuk menyembah Allah SWT. Seksualitas bukan untuk dimatikan, tetapi dididik untuk disalurkan hanya pada yang halal, dengan demikian penyaluran syahwatnya akan mendatangkan ridho Allah SWT.
Dengan penyembelih hewan qurban, kita bisa mengambil hikmah, bahwa kita pun memiliki sifat kebinatangan yang harus disembelih. Karena kita diciptakan bukan untuk memperturutkan syahwat seperti binatang. Dan ingatlah, siapapun dan apapun profesi kita, pakai dasi atau sorban, pejabat, pengusaha atau siapapun, yang berkeliling di muka bumi ini hanya untuk syahwat, mereka sungguh tidak berbeda dengan binatang.(MUKHRIJ/Debar)