Sastrawan Ternama Hamsad Rangkuti Meninggal Dunia

DEBAR.COM.-BEJI, DEPOK- Sastrawan ternama yang juga mantan pemimpin redaksi majalah sasta Hrizo, Hamsad Rangkuti meninggal dunia dalam usia 75 tahun setelah cukup lama mengidap komplikasi berbagai penyakit. Almarhum dikenal sebagai cerpenis dan novelis, Minggu (26/08/2018).

“Innalillahi wainnaillaihi roji’un semoga husnul khotimah insyaallah segala dosa almarhum Hamsad Rangkuti diampuni Allah SWT dan amal ibadahnya diterima Allah SWT amin3 (Rumah duka: Jalan Tanah Baru Swadaya 8 Gang Dahlia Rt 03 Rw 03 Kelurahan Mampang Depok Jaya. Dimakamkan di Kukusan Beji Kota Depok) # – demikian status yang ditulis oleh Rayni N. Massardi, novelis dan cerpenis di laman Facebooknya.

Sastrawan asal Medan ini dikenal sebagai salahsatu cerpenis terbaik di Tanah Air. Bersama lima saudaranya, sastrawan kelahiran 7 Mei 1943 ini melewatkan masa kecilnya di Kisaran, Asahan, Sumatera Utara

Kumpulan cerita pendeknya, ‘Bibir dalam Pispot’ (2003), ‘Sampah Bulan Desember’ (2000), ‘Lukisan Perkawinan’ (1982), ‘Cemara’ (1982). Novelnya,  ‘Ketika Lampu Berwarna Merah’ (1980) memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta.  Karya ini merefleksikan kehidupan para gelandangan dan kaum yang tergusur di Jakarta.

Lewat karya sastranya, Hamsad mendapat  hadiah harapan Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (1981) untuk ‘Ketika Lampu Berwarna Merah’, Penghargaan Insan Seni Indonesia Mal Taman Anggrek & Musicafe (1999),  Penghargaan Sastra Pemerintah DKI (2000), Penghargaan Khusus Kompas atas Kesetiaan dalam Penulisan Cerpen (2001),    Penghargaan Sastra Pusat Bahasa (2001), Khatulistiwa Literary Award 2003 untuk Bibir dalam Pispot.

Hamsad juga Pemenang Cerita Anak Terbaik 75 Tahun Balai Pustaka (2001) untuk “Umur Panjang untuk Tuan Joyokoroyo” dan Senyum “Seorang Jenderal pada 17 Agustus”,    SEA Write Award di Bangkok, Thailand  (2008),    Penghargaan Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Maestro Seni Tradisi (2014).

Salah satu karyanya yang paling menarik adalah ‘Maukah Engkau Menghapus  Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu’

“Karya Hamsad Rangkuti ibarat potret tentang perubahan sosial yang terjadi pada zamannya. Jakarta misalnya, bagi dia, adalah kota yang penuh paradoks,” kata Maman S. Mahayana, Kritius Sastra ternama.

Sejak pertengahan 2017 lalu, Hamsad terbaring lemah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok, Jawa Barat. Penulis novel Ketika Lampu Berwarna Merah itu sudah tak mampu lagi bergerak.

Pada 2012, Hamsad pernah operasi by pass jantung. Sastrawan kebanggaan tanah air kelahiran Medan, 7 Mei 1943 itu juga harus membuat saluran pembuangan air kecil di perutnya. Sejak itu, dua hari sekali Hamsad harus menambah oksigen.

Menurut Nurwindasari, istrinya, dalam satu bulan suaminya butuh 9-10 boks Proten. Sementara harga satu boks Proten sekitar Rp 256 ribu. Di akhir masa hidupnya, Hamsad tinggal di rumah petak berukuran 3,5 x 5 meter di Bilangan Depok. Bersama istri, ia mendirikan rumah sederhana tersebut di kebun miliknya. (DMS/MFR/Debar)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button