SYIAR DEBAR: ‘Sekarang Zamannya Ngaku-Ngaku’ Oleh: Ustad Dr.Mukhrij Sidqy, MA

DEBAR.COM.-DEPOK- Ada satu Qaul (Perkataan) yang sangat baik untuk kita renungi dari Imam Al-Ghazali RA, bahwa siapa yang mengaku tanpa bukti maka dia adalah pendusta. Pertama, Siapa yang mengaku ingin surga tapi tak gemar berinfaq maka pengakuannya itu dusta. Kedua, siapa yang mengaku takut neraka, tapi tak berhenti dari kemaksiatan maka pengakuannya adalah dusta. Ketiga, siapa yang mengaku cinta Allah tapi tidak melakukan ketaatan maka pengakuannya dusta. Dan siapa yang mengaku cinta kepada Nabi SAW tapi tak mencintai ulama dan fuqoro, maka pengakuannya pun dusta.

Saat ini, kita gemar sekali mengaku-ngaku. Bukankah banner, baleho, poster atau spanduk yang dipasang di setiap sudut jalan, pohon hingga tiang listrik adalah bentuk pandai ngaku-ngaku itu sendiri. Dalam media-media tersebut ditulis dengan besar, “Pilih saya, jujur, adil dan merakyat”, lebih dahsyat lagi seperti ini “Pilih saya, siap jungkir balik untuk rakyat”, yang terakhir ini ada dekat rumah penulis.

Contoh-contoh di atas adalah bukti betapa ngaku-ngaku itu mudah, yang dibutuhkan hanyalah menghilangkan sebagian atau bahkan seluruhnya dari rasa malu. Malu untuk apa? Malu apakah pengakuannya itu sudah terbukti, ingin dibuktikan, atau “Masalah bukti urusan nanti, yang penting saya terpilih dulu”, pengakuan seperti ini jelas pengakuan para pendusta.

Ketika malaikat mengaku lebih baik dari jenis Adam AS dengan perkataannya “Sedangkan kami selalu bertasbih dengan bertahmid kepada-Mu dan mensucikan-Mu!”, tidak seperti jenis Adam yang akan merusak. Allah SWT lantas meminta bukti dengan mengkonfrontir keduanya, dan ketika Adam AS menyampaikan ilmunya, malaikat pun meralat pengakuannya dan mengakui keunggulan Adam AS. Begitupun Musa AS, ketika mengaku sebagai A’lamal Qaum (yang paling mengetahui), Allah konfrontir dengan Khidr AS, dan ternyata Musa AS mengakui ketidak tahuannya.

Apa yang telah disebutkan memberi kita kesimpulan, bahwa jangan lekas mengaku jika belum terbukti, hal ini berlaku jika kita tak ingin disebut sebagai pendusta. Tapi jika kita telah pandai mengaku padahal tak terbukti dari kita apa yang diakui, maka termasuklah kita sebagaimana disebutkan Al-Ghazali, bahwa kita adalah pengaku yang pendusta, atau pendusta yang pandai mengaku.(MS/Debar)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button