SYIAR DEBAR Oleh: Ustad Dr.Mukhrij Sidqy, MA ‘Empat Karakter Nabi Ibrahim AS’
DEBAR.COM.-DEPOK- Nabi Ibrahim AS adalah Nabi yang paling populer bagi umat muslim setelah Nabi Muhammad SAW. Bagaimana tidak? Namanya senantiasa disebut oleh umat muslim saat melakukan tahiyat awal dan akhir dalam sholat.
Lebih dari itu, Nabi Ibrahim AS adalah leluhur Rasulullah SAW, yang perjuangannya beserta keluarganya banyak dijadikan monumen sakral di kota suci Mekkah. Berikut empat karakter Nabi Ibrahim AS;
Pertama, memiliki ketajaman logika dalam menunjang dakwahnya. Saat berhujjah atas keingkaran kaumnya yang menyembah berhala, Nabi Ibrahim AS menohok logika kaumnya dengan pertanyaan “Apakah kalian hendak menyembah sesuatu yang tidak mendengar dan tidak melihat…?”. Kekuatan logika ini hendaknya diasah para da’i, agar tidak melulu mendakwahkan Islam secara mistis bahkan klenik. Perhatikan bagaimana Nabi Ibrahim AS meyakinkan dirinya atas keberadaan Tuhan sejati lewat benda-benda langit, sungguh yang demikian hanya bisa terjadi pada mereka yang memiliki kapasitas intelektual, namun tentu yang betada di bawah hidayah Allah SWT.
Kedua, sangat menghormati ayahnya Azar. Terlepas dari polemik siapa ayah kandungnya, Al-Quran jelas menceritakan, ketika ayah (paman) nya yang bernama Azar berkata “Jika kau tidak menghentikan dakwahmu, akan ku rajam kau dan pergilah dariku…”. Dengan ucapan tersebut, Ibrahim justru berkata “(semoga) Keselamatan atasmu, akan aku mintakan ampun untukmu kepada Rabb ku…”. Demikian sayang dan hormatnya Ibrahim pada ayahnya, bahkan keburukan selalu dibalas kebaikan.
Ketiga, tidak mudah terpengaruh lingkungan. Sudah sangat maklum, masyarakat di Haran dan kota lain yang disinggahi Ibrahim melakukan kemusyrikan, dari menyembah bintang hingga patung berhala, mulai dari rakyat jelatanya hingga pejabat dan pemimpinnya. Meski dikucilkan dan dimusuhi, Ibrahim tak pernah tunduk pada kedurhakaan masyarakat dan elitnya. Hal ini patut kita contoh, karena banyak orang terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik akibat tak kuasa membentengi diri dari pengaruh lingkungan.
Keempat, begitu cinta pada keluarganya, namun tak segan meninggalkan mereka jika memang diperintahkan oleh Allah. Lihatlah bagaimana Ibrahim senantiasa mendoakan keluarganya dan keturunannya, namun jika Allah memerintahkan, anaknya yang sangat dicintainya pun rela dikorbankan.
Ini menjadi pelajaran bagi kita, agar tidak menjadikan keluarga sebagai tuhan yang menyaingi Tuhan sejati. Karena berapa banyak suami mendekam di jeruji besi akibat menuruti hawa nafsu buta istri dan anaknya. Naudzubillah.(MS/Debar)