Konsumen Indihome Pertanyakan Tagihan Yang Diduga Ada Indikasi Kecurangan
DEBAR.COM.-CINERE, DEPOK- S Stanley Sumampouw yang merupakan warga Cinere, Depok yang juga Owner Maspolin (Masyarakat Polisi Indonesia) tingkat Pusat, merasa tidak puas dan indikasi kecurangan yang dilakukan oleh pihak Indihome.
Dikatakan Stanley, dirinya pada 18 Juli 2019 melakukan pemasangan Indihome dirumahnya katena merasa tertarik dengan jaringannya yang tanpa ada keluhan. Menurutnya, tarif Indihome mungkin lebih murah karena dikelola oleh perusahaan BUMN yang semua sudah tahu siapa itu dan apa itu Telkom.
“Saya mengambil paket internet plus saluran tv berbagai channel yang bertarif Rp 360.000,- per bulan. Demikian kesepakatan saya dengan si pramuniaga mobil konter Indihome. Setelah meminta nomor hape saya, pramuniaga mengatakan bahwa nanti sore akan ada yang menghubungi saya untuk pemasangan dirumah saya. Sore hari saya di telepon dan orang diseberang telepon mengatakan bahwa pemasangan di rumah saya tidak dapat dilakukan dikarenakan line sudah penuh. Saya berpikir, jika komplek perumahan sebesar ini saja linenya sudah penuh ngapain juga itu mobil konter masih mangkal diwilayah rumah kami? ” ujarnya Stanley, Minggu (08/09/2019).
Dikatakan Stanley, besoknya agak siang dirinya di telepon oleh orang yang mengaku tim teknisi Indihome. Dia mengatakan bahwa dia dapat mengusahakan penambahan line baru dengan menarik kabel dari komplek perumahan sebelah sejauh 250 meter. Untuk itu saya akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 200.000,- atau terserah kebijaksanaannya saja.
“Disini saya sudah timbul kecurigaan, jangan-jangan ini bajakan atau gelap. Tetapi teknisi tersebut meyakinkan saya bahwa ini semuanya resmi dan saya pun akan mendapatkan tagihan resmi dari perusahaan Indihome. Okelah. Deal di pasang dan saya bayar Rp 200 ribu rupiah sebagai biaya ekstra tarik kabel,” jelasnya.
Karena kesibukannya dirinya lupa membayar hingga terjadi pemutusan sambungan pada tanggal 1 September 2019. Kelalaian pembayaran ini juga dikarenakan tidak adanya peringatan atau penagihan dalam bentuk apapun dari pihak Indihome kepada kami. Dan anggap itu kelalaian dirinya.
“Tapi pada saat saya mau membayar, terkejut saya bahwa nilai yang harus dibayar berjumlah Rp 870 ribu rupiah. Kok segitu banyak ya, kalau toh dihitung sudah 2 bulan nilainya tidak lebih dari 800 ribu, jika paket saya hanya Rp 360 ribu per bulan. Dan bukankah Juli dimulai dipertengahan bulan? Lalu apa yang membuat nilai pembayaran menjadi begitu besar?,” tanyanya.
Dirinya menambahkan, karena tidak ada perincian yang memuaskan dari billing tersebut maka pada tanggal 4 September 2019, dirinya memutuskan untuk menunda pembayaran dan menelpon CS dari Indihome pada nomor 021-147. Karena ini telepon berbayar saya juga merasakan ada kesengajaan dari CS untuk memperlama pembicaraan lalu di over lagi kebagian lain, sampai kehabisan pulsa dan dengan sendirinya pembicaraan terputus. Tetapi sebelum terputus pembicaraan tersebut, saya mendapat informasi dari CS bahwa ada penambahan abondemen untuk nomor telepon tertentu sebesar Rp 87.000 ribu setiap bulannya.
“Nah ini, sampai disini mulai terkuak permainan kotor dari Indihome. Saya katakan bahwa jika ada nomor telepon kok saya tidak diberikan pesawat teleponnya? CS katakan bahwa pesawat belum ada dan nanti kalau ada (entah kapan) akan diberikan. Lalu jika tidak diberikan pesawat, boro boro pemberitahuan bahwa saya juga diberikan nomor telepon, apakah wajar jika saya dikenakan abondemen setiap bulan sebesar Rp 87 ribu rupiah atas nomor telepon yang tidak pernah saya pakai bahkan tidak saya ketahui keberadaannya? Dan selama menunggu datangnya pesawat telepon apakah saya akan tetap dikenakan abondemen? Sampai kapan?,” paparnya.
Dirinya berharap PT Telkom akan lebih baik lagi pelayanan kepada masyarakat pelanggannya, karena Telkom saat ini satu satunya perusahaan milik rakyat Indonesia yang masih mampu bersaing dengan berbagai perusahaan telekomunikasi milik asing di Indonesia. (SSS/AR/Debar)