SYIAR DEBAR ‘Jarak Antara Iman dan Taqwa’ Oleh: Ustad Dr.Mukhrij Sidqy, MA
DEBAR.COM.-DEPOK- Tujuan tertinggi (Al-ghardh al-a’lâ) dari puasa telah begitu jelas disebutkan oleh Al-Quran, yaitu agar orang yang beriman mencapai ketaqwaan. Secara lengkap teksnya seperti ini “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian (menjadi orang beriman yang) bertaqwa” (QS. Al-Baqarah : 2).
Dari ayat diatas, ada kesan dan pesan yang begitu kuat, bahwa antara iman dan taqwa memiliki jarak atau bisa dikatakan bahwa orang yang bertaqwa pasti beriman, tetapi tidak semua yang beriman itu bertaqwa. Untuk menjadi orang beriman yang bertaqwa memerlukan usaha tertentu. iman adalah akar dan taqwa adalah buah, buah tidak bisa hidup tanpa akar tetapi akar boleh jadi hidup tanpa buah, maka perintah berpuasa agar menjadi orang yang bertakwa hanya berlaku bagi orang yang sudah beriman.
Lalu Mengapa orang yang beriman diperintahkan berpuasa agar bertaqwa? Karena fakta membuktikan bahwa banyak orang yang beriman tidak atau belum bertaqwa. Seperti banyak orang beriman tetapi tidak berpuasa. Atau banyak orang beriman yang tidak mampu menahan emosinya, padahal diantara ciri orang yang bertaqwa adalah mampu menahan emosi (kâdzhimînal ghaidzh).
Iblis adalah prototipe makhluk yang beriman, tetapi Allah menyebutkan bahwa iblis adalah golongan yang kafir (Minal kâfirin), ini berarti ada makhluk yang pada satu waktu beriman di waktu yang sama juga kafir, kafir berarti tidak bertaqwa. Namun, kafir Disini bukan berarti kafir secara aqidah tetapi secara perbuatan. maka banyak orang beriman yang tindak-tanduk atau perbuatannya menunjukkan kekafiran, Bukankah membuang sampah sembarangan, korupsi illegal logging, curang dalam jual beli adalah tindakan kekufuran? Tetapi nyatanya banyak dilakukan oleh orang yang mengaku beriman.
Dengan puasa kita menempuh jalan menuju ketaqwaan, mudah-mudahan kita sampai di tujuan sehingga keluar dari bulan Ramadan ini dengan membawa karakter positif bagi sesama manusia dan lingkungan. Memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, jika pun tidak bisa memberi manfaat maka minimal tidak menghadirkan mudharat bagi sesama. (MUKHRIJ/Debar)