SYIAR DEBAR ‘Keutamaan Orang Tua Asuh’ Oleh: Ustad Dr.Mukhrij Sidqy, MA
DEBAR.COM.-DEPOK- Menjadi orang tua asuh yang menanggung beban kehidupan (kafil) dari seorang anak yang bukan anak kandungnya, agar ia kelak mendapatkan masa depan yang baik serta kembali memberikan manfaat untuk anak lain adalah satu perbuatan yang begitu mulia. Satu jiwa yang ia rawat, seperti ia merawat seluruh jiwa. Allah SWT berfirman “wa man ahyaaha fa kaannama ahyan naasa jamii’a” (dan siapa yang menjaga kehidupan satu jiwa seakan-akan menghidupkan seluruh jiwa).
Orang tua asuh merupakan sedekah jariyah yang pahalanya tidak terputus oleh kematiannya, melainkan terus mengalir selama anak yang diasuhnya itu melakukan berbagai amal kebajikan. Anak asuh itupun dapat menempati kedudukan “waladun Sholih yad’u lah” (anak Sholih yang mendoakan kedua orang tuanya). Sampai di sini betapa kita sadar kemuliaan orang tua asuh di hadapan Allah SWT dan Rasul-Nya begitu istimewa. Bahkan, jika kita yang memberikannya ilmu yang kemudian dengan ilmu itu ia bermanfaat bagi banyak orang, maka sempurnalah tiga passive income pahala kita di akhirat kelak.
Pasar investasi saham pada sektor materil memang begitu ramai, itulah pasar-pasar dunia. Sebagai umat Rasul silahkan kita ukur sampai mana kualitas iman kita dengan meramaikan pasar-pasar investasi saham akhirat, dan investasi terbaik bukanlah di sektor materil, tetapi investasi sumber daya manusia (human resources). Membangun manusia sama dengan membangun peradaban. Dan membiarkan seorang anak rusak, sama dengan merusak peradaban.
Kita harus melihat bukan hanya dengan mata, tetapi dengan akal budi, betapa hancurnya satu bangsa dimana ibu-ibu berkeliling di sudut kampung dan jalan-jalan kota dengan membawa anaknya untuk mengemis, atau sudah hilang rasa malu kita sebagai bangsa dengan bersikap abai dengan hal tersebut. Kira-kira generasi seperti apa yang mau dihasilkan dari anak-anak yang sejak kecil dilatih untuk mengemis? Hal ini memang kewajiban pemerintah yang jika mereka abai mereka berdosa, tetapi ini juga menjadi tugas umat untuk menyelamatkan anak-anak tersebut.
Diantara tugas Nabi Khidir as dan Nabi Musa as adalah urusan anak, satu anak yang kelak akan menjadi sebab kekufuran orang tuanya lalu ia membunuhnya, dan kedua menyelamatkan anak yatim, kedua golongan anak itu bukanlah anak kandung, tetapi mendapat perhatian besar dalam kisah tersebut. Inilah pentingnya proyeksi masa depan lewat pengasuhan anak. Jika sepuluh persen saja dari umat ini mau menjadi orang tua asuh, maka sungguh mereka telah menyelamatkan sepuluh persen generasi dari kerusakan.(MUKHRIJ/Debar)