Syiar Debar ‘Pentingnya Memilih Pemimpin’ Oleh : Nana Suarna. S.Pd.I

DEBAR.COM.-DEPOK- Persoalan pemimpin dalam Islam sangat krusial. Ia dibutuhkan dalam masyarakat atau komunitas bahkan di dalam keluarga. Adanya pemimpin agar sistem kehidupan lebih terarah. Pemimpin dalam konteks ini adalah yang dibatasi oleh syarat-syarat tertentu yang membuatnya harus berjalan di atas jalan yang benar atau di ridhoi Allah SWT.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda:

إِذَا كَانَ ثَلاَثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ

“Izaa kaana salaasatun fii safari falyu-am- maruu ahadahum”

“Bila ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya.” (HR Abu Dawud)

Hadits ini memuat pesan bahwa kepemimpinan adalah hal penting dalam sebuah aktivitas bersama. Perjalanan tiga orang bisa dikatakan adalah kegiatan yang dilakukan oleh tim kecil. Artinya, perintah Nabi tersebut tentu lebih relevan lagi bila diterapkan dalam konteks komunitas yang lebih besar, mulai dari keluarga, tingkat Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, hingga Negara.

Bisa dibayangkan seandainya sebuah wilayah dengan populasi yang banyak tanpa pemimpin. Tentu kekacauan akan ada di mana-mana karena kehidupan sosial tidak terkontrol, kejahatan tanpa sanksi, dan sumber daya alam tidak terkelola secara tertib. Maka dari itu betapa pentingnya mengangkat pemimpin dalam Islam.

Imam Al-Ghazali mengaitkan pentingnya pemimpin dengan kelestarian agama sebagai berikut:

المُلْكُ وَالدِّيْنُ تَوْأَمَانِ فَالدِّيْنُ أَصْلٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ وَمَا لَا أَصْلَ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لَا حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ 

“Almulku wa diinu taw-amaani fadiinu ash-lu wasultoonu haarisun wamaa laa ash-lu lahu famah-duu-mun wa maa laa haarisa lahu fadho-i”.

“Kekuasaan dan agama merupakan dua saudara kembar. Agama sebagai landasan dan kekuasaan sebagai pengawalnya. Sesuatu yang tidak memiliki landasan pasti akan tumbang. Sedangkan sesuatu yang tidak memiliki pengawal akan tersia-siakan”. (Abu Hamid al-Ghazali, Ihyâ Ulumiddin, tt, Beirut: Darul Ma’rifah, Juz 1, h. 17)

Dengan demikian, kita sebagai Muslim sekaligus warga negara yang baik punya tanggung jawab untuk mengangkat pemimpin. Dalam sistem Pemilihan Umum yang dianut di Indonesia, partisipasi masyarakat dalam memilih sangat signifikan. Pilihan mereka menentukan kualitas kepemimpinan di masa-masa yang akan datang. Pertanyaannya adalah, Pemimpin seperti apa yang harus kita pilih? (NS/Debar)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button