DakwahTerkini

Syiar Debar Ramadhan-16 ‘Puasa Terdahulu dan Hikmahnya’ Oleh: Dr. KH. Mukhrij Sidqy, MA

DEBAR.COM.-DEPOK- Puasa adalah kurikulum pendidikan tertua. Sejak manusia pertama, Nabi Adam AS. Para mufassir menerangkan bahwa Nabi Adam AS berpuasa 3 hari setiap bulan, yang belakangan kita kenal dengan Puasa Ayyamul Bidh (hari putih) dengan segala kontroversi latar belakangnya. Ada pula yang mengatakan ini shoumut taubah

Nabi Idris berpuasa, konon puasanya Puasa Tanpa Ruh (bila ruh) artinya tidak memakan yang bernyawa yang belakangan dikenal sebagai puasa mutih.

Nabi Nuh berpuasa saat membuat bahtera, konon puasanya setahun penuh kecuali 2 hari raya. Ada pula yang mengatakan puasa saat mendarat di bukit Judy 10 Muharram yang belakangan dikenal dengan Puasa Asyura. Atau bisa disebut juga Puasa Tasyakur.

Nabi Daud berpuasa, masyhur dengan Puasa Daud, sehari puasa sehari tidak. Dan inilah yang disebut Rasul SAW Afdhalus Shiyam.

Nabi Ibrahim berpuasa saat masuk ke dalam api raja Namrudz. Inilah Puasaunajat (keselamatan).

Nabi Musa puasa saat naik ke bukit Tursina, Nabi Isa juga berpuasa.

Nabi Zakariya dan Siti Maryam juga berpuasa, tapi bukan puasa makan minum, tetapi Puasa Bicara atau Diam.

Itulah puasa para Nabi, atau puasa individual. Tetapi puasa itu bukan hanya amalan individu, tetapi jamaah atau massal. Umat Zoroaster yang nabinya bernama Zarathustra dan ajarannya nihilisme juga berpuasa kalau terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan.

Orang Hindu berpuasa yang dikenal dengan Upawasa, Islam masuk Nusantara berubah jadi puasa. Umat Budha juga berpuasa yang disebut Uphosata.

Artinya puasa ini ibadah tua dan universal. Bahkan orang yang tidak beragama pun mutlak akan berpuasa, paling tidak puasa untuk kesehatan, untuk langsing, mau daftar sekolah kepolisian atau tentara supaya berat badannya turun dan bugar, atau puasa menjelang operasi, artinya puasa adalah keniscayaan. Bahkan hewan pun berpuasa, seperti ulat yang berada dalam kepompong hingga menjadi kupu kupu.

Maka itu Allah SWT katakan “kama kutiba ‘alal ladzina min qoblikum”.

Maka puasa itu jelas punya manfaat jasmani (medical). Manfaat sosial (mengurangi polusi hoax dan perselisihan), tapi yang utama adalah manfaat spiritual agar menjadi orang yang bertaqwa. Dan inilah kurikulum puasa yang paling sempurna puasa Ramadhan, syariat Nabi Muhammad SAW. (MUKHRIJ/Debar)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button