Delegasi Indonesia, Kepala SMAN 9 Depok di Undang Chiba Universitas Jepang Sebagai Tim Advisor
![](https://depokpembaharuan.com/wp-content/uploads/2025/02/20250211_224346-780x441.jpg)
DEBAR.COM.-CINERE, DEPOK- Kepala SMA Negeri 9 Depok, Dr. Lely Ersastri, M.Pd menjadi satu-satu kepala sekolah yang menjadi Delegasi Indonesia yang diundang Chiba Universitas Jepang sebagai Advisor pada kegiatan Twincle Program For Educational and High School Students Research di Universitas Chiba Jepang, 7-10 Februari 2025.
Kedatangan Lely sapaan akrabnya atas undangan Universitas Chiba Jepang dari 10 perwakilan Negara yang terdiri dari Dosen, Kepala Sekolah dan Guru menjadi Tim Penilai dalam penelitian siswa SMA dan Mahasiswa di Chiba Jepang.
“Alhamdulillah, untuk yang kedua kalinya saya mendapat undangan dari Universitas Chiba Jepang, pada saat saya menjadi guru pada tahun 2017 saya diundang, sekarang diundang kembali atas nama Kepala Sekolah,” kata Lely membuka pembicaraan pengalamannya selama menjadi Tim Penilai di Universitas Chiba Jepang, Selasa (11/02/2025).
Dikatakan Lely, dirinya bersama 9 dari negara lain terpilih menjadi untuk menjadi Tim Penilai dalam penelitian siswa SMA dan mahasiswa di Chiba Jepang tentunya sudah mempelajari jejak rekam dirinya serta kriteria penilian tersendiri. Ketika dirinya mendapatkan undangan tersebut pun bertanya kenapa saya yang dipilih, dan rupanya mereka mempelajari profile para kepala sekolah di wilayah Depok.
“Tentunya banyak manfaat yang saya dapat selama menjadi tim penilai, ketika kita bisa mengetahui sistem pendidikan dan manajemen pendidikan di Jepang. Jadi para siswa Jepang itu mulai melakukan penelitian atau riset itu sejak mereka menjadi siswa SMA dan itu manfaatnya bisa menjadi salah satu wawasan berpikir pendidikan Indonesia ke depannya artinya siswa-siswa kita bisa mengadopsi dari sistem pendidikan di Jepang, sedikit sedikitlah mengadopsi sistem pendidikan di Jepang supaya anak-anak itu bisa berpikir kritis,” ujar Lely yang baru saja tiba di Indonesia dari Jepang langsung merapat kesekolah menjalankan tugas kewajibannya sebagai Kepala SMAN 9 Depok.
Lely menuturkan, ketika mereka melakukan penelitian atau eksperimen, artinya mereka mulai berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah. Mahasiswa dan siswa Chiba itu mempresentasikan hasil penelitian atau eksperimen mereka dihadapan tim penilai atau advisor dan fasilitator dengan memberikan tanggapan, saran dan penilaian maupun masukan terhadap eksperimen atau penelitian mereka.
“Hasil dari sebagai tim penilai, kita bisa mengambil banyak pengalaman terutama untuk masukan dan saran kepada sistem di Indonesia dan ini sangat bagus sekali khususnya untuk sekolah negeri karena pemikiran tersebut belum sampai dan pengalaman ini dapat diserap dari sistem pendidikan mereka bagaimana menumbuhkan daya nalar kritis anak-anak terutama dilakukan melalui penelitian. Dan di Jepang anak-anak SMA itu sudah dilepas keberbagai negera untuk melakukan penelitian, sehingga ketika lulus, mereka sudah mempunyai fashion dan sudah mempunyai basic yang kuat untuk menentukan melanjutkan kemana,” paparnya.
Dirinya berharap, dari pengalamannya menjadi tim penilai di Chiba Jepang ini, semoga bisa dikembangkan dan mudah-mudahan di SMAN 9 Depok ini bisa menjadi pioneer untuk menerapkan sistem tersebut diskala kecil inshaAllah bisa diterapkan. Salah satunya peminatan khusus dan dirinya akan membuat sistem riset siswa yang bisa di integrasikan kedalam mata pelajaran.
“Para guru pun nanti diminta untuk menggali potensi siswa kemudian mulai memperkenalkan sistem riset kepada siswa berkolaborasi, nah itu akan ketemu akhirnya mereka akan melakukan penelitian apa berdasarkan fashion mereka, bisa di IPS atau IPA,” harapnya.
Dirinya juga mengatakan, kita ini harus bisa berpikiran visioner, artinya kita bisa memikirkan masa depan dan itu bisa menjadi titik awal langkah siswa untuk menuju masa depannya bagaimana dia berpikir fashion apa yang harus digali untuk hidupnya kedepan. Anak-anak itu harus terus dipupuk minat dan bakatnya terutama dibidang akademis.
“Dengan begitu, waktu mereka sudah tersita dengan belajar ektrakulikuler, riset, penelitian dan tidak ada waktu kesempatan untuk nongkrong yang enggak karuan dan memancing tawuran antar pelajar dapat terhindari,” ungkapnya.
Baca Juga: BAI Chapter Bogor Raya Apresiasi KAI Berhentikan Anggota yang Tidak Sopan di Ruang Sidang
Bagi dirinya selama menjadi tim penilai, pengalaman yang menarik selama 4 hari di Jepang adalah melihat dan memperhatikan Budaya Jepang yang sudah tertata sejak kecil, yang namanya kebersihan apalagi sampah itu hampir tidak terlihat satupun di Jepang dan ini bisa menjadi sample di Indonesia khususnya di sekolah-sekolah, membudayakan bersih itu ternyata harus dari kecil, disana enggak ada tempat sampah tapi bersih, misalkan saat dirinya menjadi Advisor dan memperhatikan ketika mereka habis makan lalu berdiskusi, tidak ada yang membuang sampah dan sampah itu langsung dimasukan kedalam kantong baju, celana atau tasnya, jadi pulang itu bersih nanti baru dibuang dan tempat pembuangannya juga tidak asal-asalan dan sudah bisa memilah pembuangan sampahnya.
“Budaya bersih ini yang harus ditanamkan dikembangkan oleh anak-anak disekolah, karena kebersihan sebagian dari iman, sekolah bersih dan bebas sampah, tentunya sehat dan jauh dari segala penyakit,” ujarnya.
Dirinya menambahkan, pengalaman lain yang cukup menarik adalah berhubungan dan berinteraksi dengan tim penilai dari 10 negara seperti Thailand, Philipina, Nigeria, Austria, Swedia dan lainnya. kita berkumpul saling bertukar pikiran bagaimana sistem pendidikan di negaranya masing-masing, dan itu menjadi pengalaman yang sangat berharga karena tidak semua orang dapat kesempatan jadi tim penilai dan mendapatkan pengalaman tersebut.
“Tentunya saya bersyukur dapat mewakili Kepala Sekolah yang ada di Depok khususnya dan umumnya di Indonesia mendapatkan kepercayaan sebagai Tim Penilai oleh Universitas Chiba Jepang. Semoga pengalaman yang saya dapat selama di Jepang dapat dikembangkan di sekolah SMAN 9 Depok sebagai pioneer,” pungkasnya. (AR/Debar)