NGOPI BARENG BANG HACORD: ‘Harus Bijak Pakai HP’
DEBAR.COM.-DEBAR- JIKA masih ada orang yang belum mempunyai handphone di jaman sekarang ini tentunya bakal ketinggalan informasi sama sekali baik lingkungan sekitar maupun di luar sana. Ngak mungkin lah hari gini ngak punya yang namanya handphone atau HP.
Pasalnya, hampir semua orang mulai bocah usia dibawah 6 tahun hingga kakek dan nenek pasti pernah dan punya HP. Baik untuk hanya keperluan menelpon keluarga maupun hanya untuk keperluan sekali kali saja.
Ya namanya juga jaman teknologi dan maju sekarang HP menjadi salah satu barang kebutuhan selain dompet yang tidak pernah ketinggalan dalam kantong celana atau tas bawaan. Hanya bedanya kalau dompet harus ada isi berupa uang untuk keperluan. Tapi HP harus ada pulsa buat menelpon atau berhubungan dengan lainnya. Tanpa ada pulsa tentunya hanya dapat menerima saja tanpa bisa membalas atau menjawab.
Untuk ngopi bersama Harcord sekarang masalah HP mencoba sedikit menelaah terlebih adanya informasi akibat kerap bermain HP di media sosial (Medsos) Kota Depok setiap tahun malah meningkat kejadian yang tidak diinginkan seluruh pasangan suami istri yaitu perselingkuhan yang berujung perceraian.
Ya bagaimana tidak dari data di kantor Pengadilan Agama (PA) Kota Depok dari tahun ke tahun terus meningkat angka gugatan perceraian di ruang sidang PA tidak lain akibat penggunaan Medsos yang ‘kebabalasan’ atau kelewatan selain akibat masalah rutin yaitu perekonomian dan kurang harmonisnya keluarga di rumah.
Bayangkan saja tahun 2016 jumlah angka perceraian mencapai 1.600 kasus, tahun 2017 tercatat 2.505 kasus, tahun 2018 bertambah 3.525 kasus dan Juli 2019 ini tercatat 2.532 kasus percaraian. Jelas jumlah itu bakal bertambah lagi jika sampai Desember 2019 mendatang.
Infonya hampir setiap hari sekitar 15 sampai 20 kasus perceraian memgajukan ke PA Depok. Ya paling banyak kasus itu berawal dari kenalan melalui Medsos berujung pertemuan dilanjutkan perselingkuhan hingga akhirnya ke ruang sidang di PA Depok, kata Humas PA Depok Dindin Syarief N.
Melihat data dan penjelasan tersebut jelas pemakaian HP yang kurang bijak atau memang warga Depok yang belum siap menghadapi era serba teknologi membuat angka janda maupun duda setiap tahun bertambah. Jadi semua harus bijak dan tahu memakai HP.
Belum lagi angka pengangguran yang membuat perekonomian dalam biduk rumah tangga morat marit karena butuh biaya makan, sekolah, kehidupan sehari hari dan lainnya.
Terlepas dari semua itu masalah keimanan, pondasi awal sebelum menikah yang belum kuat dan fase puber ke dua juga menjadi persoalan meningkatnya akan perceraian karena mereka belum siap betul mengarungi samudra atau biduk rumah tangga hingga rentan keretakan.
Semoga masyarakat Depok dapat mengambil hikmahnya kaitan dengan semakin meningkatknya angka janda dan duda akibat perceraian karena penggunaan HP yang biasanya diawali dengan ngerumpi atau kenalan dengan orang lain yang tidak ada manfaatnya sama sekali. (AP/Debar)