SYIAR DEBAR ‘Refleksi Pergantian Tahun Bagi Seorang Mukmin’ Oleh: Ustad Dr.Mukhrij Sidqy, MA
DEBAR.COM.-DEPOK- Waktu adalah makhluk Allah SWT yang begitu mahal. Betapa tidak, Imam Ghazali Qs menyatakan bahwa tidak ada yang bisa mengulang waktu yang telah lalu dan tidak pula ada yang bisa menghalangi waktu yang akan datang. Bahkan, Imam ‘Ali bin Abi Thalib ra menyatakan bahwa jika ingin melihat orang gila, lihatlah orang yang membuang-buang waktu, itu lebih buruk dari orang yang mempunyai uang lalu dilempar-lempar dan dibuang dari jendela kamarnya, padahal uang masih bisa dicari, tetapi tidak dengan waktu.
Nabi Daud as mewasiatkan, agar hamba yang berakal sehat itu tidak lepas dari empat waktu. Yaitu : waktu dimana dia bermunajat kepada Rabb-Nya, waktu untuk bermuhasabah (instropeksi) atas dirinya, waktu dimana dia mendatangi saudaranya yang jujur untuk meminta nasehatnya dan waktu untuk mendidik dirinya dengan melepaskan kelezatan yang halal. Hal yang terakhir itu bisa dengan berpuasa, dan diantara puasa sunnah yang utama adalah puasa Nabi Daud as.
Lihatlah bagaimana Al-Quran berbicara tentang waktu, “Wal ‘Ashr” (Demi waktu asar), “Wad Dhuha” ( Demi waktu Dhuha), “Wal Lail” (Demi waktu malam), “Wan Nahâr” (Demi waktu siang), “Was Shubhi” (Demi waktu subuh). Waktu terus berjalan dan semua manusia di dalamnya merugi kecuali mereka yang menggunakan waktunya untuk melakukan berbagai hal yang bermanfaat bagi manusia, kontributif, produktif dan mereka beriman kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW mewanti-wanti lima hal : masa muda sebelum datang masa tua, masa sehat sebelum datang sakit, kaya sebelum datang faqir, waktu kosong sebelum datang kesibukan, dan masa hidup sebelum datang kematian. Hal-hal inilah yang manusia sering lalai. Mereka mengira masa-masa itu akan abadi, padahal tua adalah keniscayaan, walaupun banyak orang menolaknya dengan menggunakan teknologi medical. Dan yang paling mutlak dari itu semua adalah kematian.
Peredaran siang dan malam, bulan dan matahari hendaknya mengingatkan kita bahwa keduanya bergerak pada rotasinya atas perintah Allah swt (Asy-Syamsu wal qamaru bi husbân). Keduanya mestinya mengingatkan manusia akan kekuasaan Allah swt, itulah sifat ulul albâb, yaitu yang peka atas tanda-tanda Allah dengan pergantian siang dan malam. Maka, mengingat dan mengambil ‘itibar dari waktu adalah perintah agama, agar manusia tidak merugi.(MUKHRIJ/Debar)