SYIAR DEBAR ‘Kedermawanan Rasulullah SAW’ Oleh: Ustad Dr.Mukhrij Sidqy, MA
DEBAR.COM.-DEPOK- Sayyidina Umar bin Khattab bercerita, suatu hari seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW untuk meminta-minta, lalu beliau memberinya. Keesokan harinya, laki-laki itu datang lagi, Rasulullah juga memberinya. Hari berikutnya, lelaki itu datang lagi dan kembali meminta, Rasulullah pun memberinya. Pada keesokan harinya, lelaki itu datang kembali untuk meminta-minta, Rasulullah lalu bersabda, “Aku tidak mempunyai apa-apa saat ini. Tapi, ambillah yang kau mau dan jadikan sebagai utangku. Kalau aku mempunyai sesuatu kelak, aku yang akan membayarnya.”
Sahabat Umar lalu berkata, “Wahai Rasulullah janganlah memberi di luar batas kemampuanmu.” Namun, Rasulullah tidak menyukai perkataan Umar tadi. Tiba-tiba, datang seorang laki-laki dari Anshar sambil berkata, “Ya Rasulullah, jangan takut, terus saja berinfak. Jangan khawatir dengan kemiskinan”. Mendengar ucapan laki-laki tadi, Rasulullah tersenyum, lalu beliau berkata kepada Umar, “Ucapan itulah yang diperintahkan oleh Allah kepadaku.” (HR Turmudzi).
Jabir radhiallahu ‘anhu berkata, “Tidaklah pernah sama sekali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diminta suatu (harta) lalu beliau berkata tidak” (Muttafaq alaihi). Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menanamkan sifat dermawan kepada para sahabatnya dengan perbuatan. Pada suatu saat beliau bertanya kepada para sahabatnya, “Diantara dua harta, manakah yang paling dicintai manusia, harta yang ada ditangannya ataukah yang ditinggalkannya?” Kemudian beliau menjelaskan bahwa seseorang tidak mempunyai apa-apa kecuali apa yang telah ia infaqkan untuk akhiratnya.
Dan dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati Bilal, sedangkan di sisinya ada setumpuk gandum, lalu beliau bersabda, ‘Apa ini wahai Bilal?’ Dia menjawab, ‘Saya menyiapkannya untuk tamu-tamumu’. Beliau bersabda, ‘Tidakkah engkau takut bahwa engkau memiliki masakan di Neraka Jahanam? Infakkan wahai Bilal dan janganlah engkau takut kemiskinan dari Dzat Yang memiliki Arsy’.” (HR. Al-Bazzar)
Ini adalah contoh kedermawanan beliau, yang membuat cerita-cerita kedermawanan yang terkenal dan masyhur di kalangan manusia. Kedermawanan yang justru menjadikan pemiliknya hidup keras, susah, dan fakir.
Hidup yang tidak akan mampu dipikul orang lain selain beliau dan keluarganya. Meskipun beliau mampu untuk memiliki harta yang berlimpah, kekuasaan yang besar dan pemasukan yang mengalir. Ditambah lagi, seandainya beliau menginginkah harta kaum muslimin khusus untuk dirinya pastilah mereka akan memberikan penuh kerelaan. Beliau berhak untuk itu, bukankah beliau adalah pengatur urusan dan pendidik mereka?. Tetapi ini semua tidak terjadi.(MUKHRIJ/Debar)