Kemah Bela Negara 2022 Dalam Pusaran Sejarah Bengkulu

DEBAR.COM.-DEPOK- Kemah Bela Negara (KBN) tahun 2022 yang diselenggarakan Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, berlangsung di Bengkulu, Sumatera mulai tanggal, 16 – 22 Desember 2022 secara resmi dibuka oleh Ka Kwarnas yang diwakili oleh Sekjend Kwarnas Gerakan Pramuka Mayjend. TNI (P) Dr.Bachtiar Utomo, SiP,MAP, mendapat dukungan penuh dari Gubernur Bengkulu selaku Ka Mabida Kwarda Bengkulu dan jajarannya serta Ka Kwarda Bengkulu beserta Kwarcab/Kwarran se Bengkulu.

Pemilihan Bumi Rafflesia sebagai tuan rumah acara Kemah Bela Negara Pramuka tentu bukanlah tanpa alasan yang kuat. Bela Negara sangat erat kaitannya dengan unsur kenegaraan dan kebangsaan, dimana kental sekali nuansa kesejarahan di dalamnya, sedangkan Bengkulu adalah salah satu propinsi yang sangat penting dan berperan dalam konteks sejarah Indonesia.

Maka acara Napak Tilas Bela Negara yang diselenggarakan oleh para peserta Kemah Bela Negara 2022 adalah sangat tepat, memandang bahwa Bengkulu menyimpan begitu banyak catatan sejarah, termasuk tempat-tempat yang menjadi bukti sejarah.

Jika kita mendengar Propinsi Bengkulu maka segera akan terpampang dalam benak kita setidaknya dua hal, yaitu Fatmawati dan Benteng Marlborough. Bukan berarti bahwa hanya dua nama itu yang penting, karena tentu saja masih banyak nama atau tempat bersejerah lainnya. Hanya secara popular kedua nama itulah yang sangat kita kenal.

Fatmawati, puteri Hasan Din adalah isteri Presiden Soekarno, yang dikenal saat Soekarno menjalani hukuman pembuangan di Bengkulu pada tahun 1938-1942.  Kelak, Fatmawati adalah perempuan pertama yang menjahit sang saka Merah Putih, yang selalu dibawa saat perayaan HUT Kemerdekaan RI di Istana Negara setiap tahunnya.  Ibu Fatmawati menghabiskan waktunya untuk menjahit bendera itu dalam kondisi fisiknya cukup rentan. Pasalnya, Ibu Fatmawati saat itu sedang hamil tua dan sudah waktunya untuk melahirkan putra sulungnya, Guntur Soekarnoputra. Tak jarang ia menitikkan air mata kala menjahit bendera itu.

“Menjelang kelahiran Guntur, ketika usia kandungan telah mencukupi bulannya, saya paksakan diri menjahit bendera Merah Putih, saya jahit berangsur-angsur dengan mesin jahit yang dijalankan dengan tangan saja. Dokter melarang saya menggunakan kaki untuk menggerakkan mesin jahit,” kata Ibu Fatmawati dalam buku yang ditulis oleh Bondan Winarno.

Lalu Benteng Marlborough, adalah benteng peninggalan Inggris di Kota Bengkulu. Benteng ini didirikan oleh East India Company (EIC) tahun 1714-1719 di bawah pimpinan Gubernur Joseph Callet sebagai benteng pertahanan Inggris. Benteng ini didirikan di atas bukit buatan, menghadap ke arah Kota Bengkulu dan memunggungi Samudera Hindia. Benteng tersebut saat ini menjadi salah satu Destinasi Wisata yang kuat di Bengkulu, selain unsur sejarahnya, benteng itu juga menjadi sebuah lanskap keindahan yang luar biasa di Bengkulu.

Kemah Bela Negara yang diikuti oleh 736 peserta dari 22 propinsi pada acara Napak Tilas kali ini juga tak lupa mengunjungi sebuah tempat yang berada di sebuah kampung, yaitu sebuah bekas Kantor Pos Tua. Bekas gedung Kantor Pos Kampung ini merupakan peninggalan Kolonial Inggris. Lokasinya terletak tidak jauh dari pusat kota yang berhadapan dengan monumen Thomas Parr. Inggris pernah menduduki Bengkulu tahun 1685 sampai 1825, sebelum menyerahkannya kepada Belanda. Kantor pos ini menjadi lokasi pengibaran bendera merah putih di tahun 1945 di bulan Oktober untuk pertama kali di Bengkulu.

Bela Negara merupakan sebuah kegiatan yang intinya mempertahankan eksistensi bangsa dan negara, di samping tentu saja juga termasuk di dalamnya mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan di dalam keseharian, baik secara sosial, ekonomi dan politik.

Mengenal sejarah adalah menjadi sangat perlu bagi peserta Bela Negara, karena dengan begitu akan lebih menumbuhkan semangat para pesertanya. Menjaga dan mempertahankan sesuatu yang dikenal sudah tentu adalah sangat berbeda dengan sesuatu yang tak dikenal. Ada rasa memiiki, rasa tanggung jawab, sehingga lahir rasa untuk menjaga dan mempertahankannya.

Pada titik inilah konsep bela negara menemukan esensi yang paling tepat dan terarah dalam pengertian dan perwujudannya. Sebab mengenali sejarah adalah merupakan bagian dari penghormatan terhadap para pahlawan dan momen-momen penting di dalam sejarah itu sendiri, maka akan makin berkembanglah kadar keilmuan dan kesetiaan terhadap bangsa dan negara.

Acara Kemah Bela Negara 2022 yang diawali oleh Upacara Adat Bhinneka Tunggal Ika di Gubernuran Bengkulu, lalu mengunjungi beberapa destinasi sejarah, termasuk Mesjid Jamik yang dirancang oleh Bung Karno, merupakan bekal yang sangat penting bagi seluruh peserta Kemah Bela Negara. Mengunjungi destinasi sejarah yang juga menjadi destinasi wisata adalah sebuah aktivitas yang berharga sekaligus menyenangkan. Itu sejalan dengan tagline acara Kemah Bela Negara kali ini, yaitu “Beken”, yang merupakan akronim dari “berkarakter, kreatif, nasionalis”. (MZ/Debar)

Penulis: Muhamad Zarkasih (Annas KBN/Pelatih Pusdiklatnas GP/ Ka Pusdiklatda Kwarda DKI Jaya)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button