Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW Patut Diteladani

DEBAR.COM.-DEPOK- Pemerintah Kota Depok secara serentak menggelar Peringatan Sejuta Maulid di 63 kelurahan. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1440 Hijriyah merupakan suatu momentum bagi umat Islam untuk mengenal akan keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran agama Islam. Sepanjang sejarah kehidupan, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pemimipn besar yang sangat luar biasa dalam memberikan teladan agung bagi umatnya.

Hal tersebut dikatakan Ketua DPC PPP Kota Depok, Qonita Luthfiyah, Maulid Nabi Muhammad SAW dimulai sejak zaman kekhalifahan Fatimiyah di bawah pimpinan keturunan dari Fatimah az-Zahrah, putri Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini dilaksanakan atas usulan panglima perang, Shalahuddin al-Ayyubi (1137M-1193 M), kepada khalifah agar mengadakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

“Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Salibis. Yang kemudian, menghasilkan efek besar berupa semangat jihad umat Islam menggelora pada saat itu,” ujar Qonita, Selasa (20/11/2018).

Lebih lanjut Qonita mengatakan, seluruh umat muslim mengingat sosok Nabi Besar Muhammad SAW terutama di saat peringatan Maulid setiap tahun, dimana sering diceritakan ulang tentang latar belakang beliau serta perjalanan hidup serta kesehariannya.

“Jujur, berani menanggung risiko, dan bertanggung jawab itulah warisan mulia kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang mestinya ditauladani oleh kita semua. (Laqod kaana lakum fi rosulillahi uswatun hasanah),” jelasnya..

Qonita yang kembali maju sebagai Caleg DPRD Kota Depok dari Dapil 6 (Cipayung, Sawangan, Bojongsari) ini melanjutkan, fakta sulitnya menemukan kejujuran itu berbanding terbalik dengan anjuran meneladani sikap dan perbuatan Nabi SAW. Di mimbar-mimbar maupun dalam teks-teks tulisan, hampir saban waktu kita mendengar para pemimpin dan penganjur mengajak kita mencontoh sikap dan perilaku Nabi Muhammad SAW.

“Maulid Nabi Muhammad SAW bukan sekadar peringatan untuk seruan, tetapi merupakan momentum untuk merenung dan mulai berbuat sesuai apa yang diajarkan dan diperbuat oleh Nabi Muhammad SAW,” paparnya.

Dalam konteks ini, putri Kyai Sukron Mamun ini mengatakan, dalam tatanan sejarah sosio antropologis Islam, Nabi Muhammad SAW dapat dilihat dan dipahami dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi.

Pertama, dalam perspektif teologis-religius, Nabi Muhammad SAW dilihat dan dipahami sebagai sosok Nabi sekaligus Rasul terakhir dalam tatanan konsep keislaman. Hal ini memposisikan Nabi Muhammad SAW sebagai sosok manusia mulia yang mengemban tugas dari Allah SWT di dunia untuk membawa, menyampaikan, serta mengaplikasikan segala bentuk ajaran kebajikan kepada umat manusia secara universal.

Kedua, dalam perspektif sosial-politik, Beliau dilihat dan dipahami sebagai sosok politikus andal. Sosok individu Nabi Muhammad SAW yang identik dengan sosok pemimpin yang adil, egaliter, toleran, humanis, serta non-diskriminatif dan hegemonik, yang kemudian mampu membawa tatanan masyarakat sosial Arab kala itu menuju suatu tatanan masyarakat sosial yang sejahtera dan tentram.

“Sudah saatnya kita untuk mulai memahami dan memperingati Maulid secara lebih mendalam dan fundamental, sehingga kita tidak hanya memahami dan memperingatinya sebatas sebagai hari kelahiran sosok Nabi dan Rasul terakhir yang sarat dengan serangkaian ritual-ritual sakralistik-simbolik keislaman semata, namun menjadikannya sebagai kelahiran sosok pemimpin,” pungkasnya. (Cy/2R/Debar)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button