SYIAR DEBAR: Keberuntungan Yang Hakiki Oleh: Ustad Mukhrij Sidqy, Dr. MA
DEBAR.COM.-DEPOK- Jika disebut kata kesuksesan (an-najah) dan keberuntungan (ar-ribh), maka yang sering muncul dalam benak kita adalah harta duniawi, jabatan, keuntungan bisnis dan seterusnya, yang itu sifatnya dipastikan hanya sementara (fana). Maka sebagai muslim, jangan selalu mengukur kesuksesan itu dengan keduniaan, tapi lihatlah perkembangan untuk akhirat kita.
Nabi SAW bersabda, “Siapa yang harinya lebih baik dari hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung (râbih)”. Beruntung di sini jangan selalu kita artikan secara materialis. Justru, keuntungan dan kesuksesan (an-najah) yang hakiki adalah saat tingkatan spiritual kita, ibadah atau kedekatan kita kepada Allah SWT semakin baik.
Kedua, siapa yang hari ini sama dengan kemarin maka ia merugi. Hal kedua ini juga jangan selalu diartikan secara materialis (duniawi). Dalam konteks keakhiratan, siapa yang kedekatan hubungannya kepada Allah SWT, keyakinannya, ibadah maupun amal sholehnya tidak mengalami perkembangan, maka ia merugi dengan kerugian yang hakiki.
Ketiga, siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemari maka ia celaka. Orang yang kualitas dan kuantitas ibadahnya, keyakinannya kepada Allah SWT, serta amal sholehnya mengalami penurunan dari hari ke hari, maka ia telah celaka dengan kecelakaan yang hakiki (sejati).
Tahun baru masehi 2019 telah berlalu, sebagai muslim, hendaknya kita membulatkan tekad, untuk menjadi orang yang beruntung secara hakiki. Yaitu dengan memperbaiki hubungan kita kepada Allah SWT, memperbanyak amal baik, serta menjalankan aktivitas keduniaan secara optimal. Dengan demikian, Insya Allah, kesuksesan dunia dan akhirat dapat kita raih. (MS/Debar)