SYIAR DEBAR ‘Beginilah Umat Islam Menyikapi Tahun Baru’ Oleh: Ustad Dr.Mukhrij Sidqy, MA
DEBAR.COM.-DEPOK- Waktu adalah makhluk (ciptaan) Allah swt yang mendapat perhatian besar di dalam Al-Quran. Baik malam, siang, sore, subuh, hari, bulan maupun tahun telah tersebut di dalamnya. Perhatian Al-Quran tentang waktu tentu mengandung rahasia besar untuk kita gali, pelajari dan pahami, dan siapapun yang mengabaikannya pasti akan merugi di dunia dan akhirat. Pepatah Arab berkata “Waktu seperti pedang, jika kau tak pandai menggunakannya, ia akan memotongmu”. Bahkan, kaum materialis Barat pun memiliki slogan “Waktu adalah uang”.
Terkait Tahun Baru Masehi, banyak terjadi kontroversi tentang hukum memperingatinya apalagi merayakannya di internal umat Islam. Namun, sejatinya pergantian Tahun Masehi adalah hal yang biasa bagi seluruh umat, baik muslim maupun non muslim. Karena Tahun Masehi adalah ukuran waktu yang diukur berdasarkan peredaran matahari, dahulu tahun ini disebut dengan tahun Syamsiyyah.
Allah swt berfirman “…dan Dia menjadikan matahari dan bulan untuk perhitungan” (QS. Al-An’am : 96). ” Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan” (QS. Ar-Rahman : 5). Dari ayat-ayat tersebut kita paham dan yakin bahwa penghitungan waktu yang didasarkan baik pada matahari dan bulan adalah sunnatullah di alam semesta, yang awalnya tidak ada sangkut pautnya dengan agama apalagi politik, mukmin atau kafir, waktu bersifat netral.
Seiring waktu, tahun baru memang menjadi industri, baik pariwisata, kuliner, maupun hiburan lainnya karena bertepatan dengan liburan sekolah se-dunia. Akhirnya, kesan yang kuat dari pergantian tahun Masehi adalah budaya hedonis, materialis hingga pergaulan bebas. Terlebih lagi pergeseran nama dari Tahun Syamsiyyah hingga menjadi Tahun Masehi yang mengandung unsur politis, yang dengannya pergantian Tahun Qomariyah dinamakan dengan Hijriyyah. Namun, tetap saja, baik Syamsiyyah atau Qomariyah adalah sunnatullah di alam.
Hal yang harus dilakukan seorang mukmin adalah menjadikan pergantian waktu sebagai sarana untuk mengingat Allah, baik itu Syamsiyyah maupun Qomariyyah. Jika peredaran matahari dan bulan bisa lebih mengingatkan kita kepada Allah SWT tentu itu hal yang sangat positif bukan?. Jadi tidak perlu kita katakan “Anti tahun baru”. Tentunya dengan catatan, bukan justru dijadikan moment untuk lebih lalai kepada Allah dengan begadang, pesta pora, apalagi bermakaiat yang lebih besar. Maka, jadikanlah moment tahun baru ini untuk lebih mendekat kepada Allah swt, itulah peringatan tahun baru yang sangat baik.(MUKHRIJ/Debar)