Para Agamawan Jangan Jadi Jubir Pemerintah Dalam Hal Agama
DEBAR.COM.-DEBAR- Anggap lah Covid-19 sampai Kiamat (na’udzubillah), lalu mau apa?
1. Kalau Covid-19 ini sampai Kiamat? Apakah para pemimpin umat yang menjadi jubir pemerintah itu kekeuh berfatwa Salat Jumat dan Ied ditiadakan sampai kiamat?
2. Jika memang Covid-19 sampai Kiamat dan masjid harus dikosongkan atau disweeping, bukankah lebih baik kita gunakan masjid untuk aktifitas lain dari pada mubadzir, atau ditulis didepan pintunya _”For Rent”_, _”For Sale”_ dan mulai sekarang infaq pembangunan masjid dipastikan tidak afdhol bahkan mubadzir, wong tidak digunakan.
3. Adakah data statistik konkrit yang membuktikan jamaah yang Salat Jumat dimasa Covid-19 itu tertular secara massal? Karena faktanya masih ada beberapa masjid yang bandel tetap jumatan dan meluber jamaahnya seperti Salat Ied, hitung berapa yang mati setelah jumatan? Kalau tidak ada yang mati, berarti tidak bahaya? Kalau tidak bahaya kok dilarang?
4. _”Tapi datanya banyak yang mati”,_ mati kenapa? Komplikasi penyakit atau murni Covid-19? _”Ya, kurang tau sih”._ Kalau tidak pasti datanya (dugaan) jangan terlalu nekat membuat fatwa meniadakan kewajiban dengan dasar dugaan, apalagi berlarut-larut hingga waktu yang sulit ditentukan, ya mungkin sampai kiamat, lain lagi kalau memang posisinya jubir, ya harus nurut atasan.
5. Apakah Fiqh Islam tidak memiliki kemungkinan Salat Jumat, Ied, atau aktifitas di masjid versi PSBB (versi Covid-19), misalnya, masuk masjid harus disemprot disinfektan, disediakan hand satinizer disetiap sudut masjid, jarak direnggangkan, bahkan sendalnya pun berjauhan, pokonya sesuai prosedur PSBB lah, mungkinkah bisa? Kan sampai kiamat, masa mau diliburkan terus?
6. Sampai kapan negara mampu memberi subsidi rakyat? Wong negara saja banyak utang. Nah, saat sudah tidak mampu lagi, mau tetap dan harus dikurung dirumah juga?
Sekali lagi, anggap Covid-19 sampai Kiamat, lalu mau apa? Mau progressif atau pasif?
Bergantung pada harapan yang tidak jelas, atau berpikir dan bergerak untuk mengaktifkan kembali aktifitas umat walau dengan versi yang berbeda, ya versi Covid-19. (MS/Debar)