ICIS – NU Mampu Mainkan Peran di Kancah Internasional
DEBAR.COM.-DEPOK- Keberadaan Nahdlatul Ulama (NU) sangat mumpuni untuk aktif memainkan peran di panggung internasionan. Bahkan, menjadi solusi di tengah permasalahan isu global. Hal itu dibenarkan Direktur Eksekutif International Conference of Islamic Scholars (ICIS) Khariri Makmun.
“NU memiliki peran sangat penting dalam geopolitik global dan dibutuhkan untuk memediasi konflik di sejumlah Negara. Disamping memperkuat hubungan bilateral dan multilateral Indonesia di tingkat Internasional. Untuk itu, dibutuhkan lebih banyak diplomat dari kader NU,” ujarnya seusai acara Webinar Nasional ke-8 dengan tema Refleksi Diplomasi Kiai Hasyim Muzadi yang diselenggarakan Institut Hasyim Muzadi (IHM), Senin (21/09/2020).
Khariri mengungkapkan arah PBNU saat dipimpin KH Hasyim Muzadi. Ia menilai, saat menjadi Ketua Umum PBNU periode 1999-2005, Kiai Hasyim Muzadi tidak ingin NU hanya menjadi pemain lokal yang berwawasan dan berpikir domestik. Menurutnya, kapabilitas NU sangat mumpuni untuk terlibat dalam wacana-wacana global dan membantu menangani persoalan-persoalan dunia internasional.
“Kiai Hasyim Muzadi selalu membangun jaringan inernasional dengan isu-isu Islam rahmatan lil-alamin,” paparnya.
Dalam pandangan Kiai Hasyim Muzadi, ia melihat saat ini telah terjadi perubahan tren global dan regional. Rivalitas hegemoni atau kepemimpinan global sedang terjadi antara Amerika dengan Tiongkok. “Indonesia, dengan jalur sutra yang diapit oleh berbagai negara satelit dari Amerika dan Tiongkok, mau tidak-mau harus memperkuat diri,” kata Hariri.
Sementara itu, geopolitik di Asia Timur dan Asia Tenggara, dalam konteks ekonomi, budaya maupun pertahanan dan keamanan, masih rentan konflik dan menjadi rebutan negara besar di luar kawasan. Dirinya menekankan bahwa dalam konteks perubahan dinamika regional dan global, Islam rahmatan lil alamin, karakter ideologi keagamaan NU sangat dibutuhkan dalam memperkuat hubungan internasional Indonesia.
“NU harus mempertahankan sikap moderat, terbuka, guyub, bersatu, dan mampu mengakomodasi berbagai tradisi lokal sebagai jalan diplomasi,” tandasnya. (AR/Debar)