SYIAR DEBAR ‘Kualitas Keislaman Kita’ Oleh: Ustad Dr.Mukhrij Sidqy, MA
DEBAR.COM.-DEPOK- Setiap orang atau kelompok dari umat Islam boleh jadi memiliki kecendrungan berbeda dalam mengukur kualitas ke Islaman nya. Ada yang mengukur baiknya Islam seseorang adalah jika ia selalu salat berjamaah di masjid. Ada pula yang mengukurnya selalu hadir di majelis ta’lim, atau diukur dengan pakaiannya, gamis atau sarung dan berpeci, bahkan diukur dari gaya ceramahnya, lembut dan kerasnya. Satu pihak mengatakan ceramah yang baik itu yang lembut, dan pihak lain sebaliknya.
Perlu kita ingat dwi tunggal sabda Rasulullah SAW, yang dengannya kita akan menjadi manusia sekaligus umat Islam yang terbaik. Pertama, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya”. Kedua, “Diantara tanda baiknya Islam seseorang adalah dia meninggalkan hal yang tidak bermanfaat”.
Dua hadis tersebut disebut dwi tunggal karena meski subjek yang dimaksud nya berbeda, yaitu manusia secara umum dan umat Islam secara khusus, namun tujuannya tetap sama, yaitu manfaat, kontribusi, produktifitas.
Dengan hadis dwi tunggal, dapat pahami bahwa umat Islam yang terbaik itu bukan hanya baik untuk dirinya, tetapi juga menyebarkan kebaikan untuk selainnya, dan kebaikan itu bukan hanya dinikmati oleh umat Islam secara khusus, tetapi manusia pada umumnya.
Kebermanfaatannya, produktifitas dan kontribusi itu telah diwariskan para ulama terdahulu. Bukankah mereka telah meninggalkan ilmu yang bermanfaat hingga hari kiamat? Itulah yang meninggikan derajat mereka, yaitu kebermanfaatan.
Ukuran ini juga menjadi tolak ukur baiknya sebuah institusi, kelompok atau lembaga keIslaman. Masjid yang baik bukan diukur dari jumlah rokaat salat kita di dalamnya, tetapi seberapa besar masjid tersebut bermanfaat untuk kehidupan masyarakat sekitarnya.
Begitupun dengan kelompok Islam tertentu, tidak perlu berdebat tentang perbedaan untuk menentukan siapa yang paling baik, cukup jadi yang paling bermanfaat, maka merekalah yang terbaik. Jika hal sederhana ini diamalkan, mestilah umat ini menjadi umat yang paling hebat diantara yang lainnya.
Sebagai umat Islam, kita sering merendahkan sebuah karya, produksi, hasil pemikiran, atau teknologi yang bukan dibuat oleh kalangan muslim. Masalah sebenarnya bukan pada siapa yang membuat, tetapi siapa yang benar-benar berusaha untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat.
Maka, ibadah individual mestinya menghasilkan buah manfaat untuk sesama, sebagaimana pohon yang baik adalah pohon yang buahnya bisa dinikmati oleh banyak makhluk tanpa kenal musim. (Mukhrij/Debar)