Syiar Debar ‘Pondasi Kebangkitan Ekonomi Syariah’ Oleh: Dr. KH. Mukhrij Sidqy, MA
DEBAR.COM.-DEPOK- Sebagai orang yang beriman, kita di tuntut untuk menjadi orang beriman yang bertaqwa. Bukan hanya percaya, kepada Allah SWT, percaya kepada malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan meyakini qadha qadr saja, tetapi juga dibuktikan dengan senantiasa menjalankan apa yang Allah SWT perintahkan dan menjauhi apa yang Allah SWT larang, dalam seluruh aspek kehidupan kita.
Diantara sisi kehidupan kita yang paling dominan dan tak terelakkan adalah sisi ekonomi, karena manusia adalah makhluk ekonomi, yang naluri alamiahnya adalah berusaha memenuhi hajat dan keinginan hidupnya, dan ini adalah hal yang normal, selama cara yang kita tempuh tetap dalam jalur ketaqwaan. Namun kita harus mengingat sabda Rasulullah SAW bahwa :
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram.” (HR Al-Bukhari).
Dari hadis inilah maka orang yang beriman harus betul betul memperhatikan bagaimana kehidupan ekonominya, yang kemudian diejawantahkan oleh para ekonom ekonom muslim menjadi ekonomi syariah. Maka, ekonomi syariah adalah bagian dari usaha kita untuk bertaqwa kepada Allah SWT.
Ada beberapa prinsip yang bisa kita lakukan dalam rangka membangkitkan ekonomi syariah, yaitu : Pertama, sabda Rasulullah SAW “Ucapkanlah: ‘Aku beriman kepada Allah, lalu istiqamahlah”.
Hadits di atas adalah jawaban Rasulullah atas pertanyaan yang dikemukakan oleh Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi. Ketika itu Sufyan bertanya, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku satu ucapan dalam Islam yang tidak akan kutanyakan lagi kepada selainmu”. Inilah jawaban Rasulullah SAW ” Have Faith in God, and be honest in your faith”.
Apa makna sederhananya? Tidak cukup hanya beriman kepada Allah SWT. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita harus dibuktikan. Saat berdagang, diketahui atau tidak diketahui pelanggan harus tetap jujur, saat bekerja diawasi atau tidak diawasi harus profesional, dalam memasarkan produk jangan ada tipu tipu. Mungkin manusia tidak tahu, tetapi Allah SWT Maha Tahu. Dengan inilah nafkah, income atau keuntungan yang kita dapatkan akan menjadi keuntungan yang halal.
Jangan takut karena jujur keuntungan akan berkurang karena rezeki tidak akan tertukar, jangan takut karena jujur karir akan lama naiknya, karena rezeki pasti sampai kepada pemiliknya, jujurlah dalam imanmu, istiqomah lah. Inilah prinsip pertama ekonomi syariah.
Kedua, sabda Rasulullah SAW, “Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (H.R. Bukhari).
Ada pemikiran konservatif yang menganjurkan kita untuk menjauhi bahkan memusuhi harta dunia. Namun, perlu kita ingat bahwa orang yang memiliki harta bisa memberikan kebaikan daripada mereka yang tidak memiliki harta.
Seperti apa yang dialami oleh kaum fuqara dari golongan muhajirin. Mereka protes kepada Rasulullah SAW karena orang-orang kaya telah memborong banyak pahala. Mereka sama sama sholat, puasa. Tetapi giliran orang kaya bersedekah, para ahli ibadah yang faqir ini hanya bisa gigit jari.
Maka, dengan kekayaan, kesejahteraan dan kemapanan ekonomi bisa memberikan lebih banyak manfaat, lebih banyak zakat, infaq untuk membantu kaum yang lemah dan orang beriman yang terbaik adalah yang paling banyak manfaatnya. Inilah sebab, umat Islam harus berusaha mencapai kemajuan dalam bidang ekonomi, tentunya ekonomi berpondasikan nilai-nilai Islam.
Dengan hadis ini juga, kita menyadari, semakin banyak harta yang kita miliki, semakin besar beban kita untuk menjadikan harta itu bermanfaat. Bukan untuk ditimbun, di koleksi apalagi di jadikan konten untuk pamer. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa mencari (kenikmatan) dunia secara halal untuk menjaga diri dari meminta-minta; untuk memenuhi kebutuhan keluarganya; dan untuk bederma kepada tetangganya maka di hari kiamat ia akan bertemu Allah sedang wajahnya bersinar terang laksana bulan purnama. Sedangkan barang siapa mencari (kenikmatan) dunia secara halal untuk ditumpuk-tumpuk dan pamer kepada sesama maka di hari kiamat ia akan bertemu Allah sedang Allah murka kepadanya”.
Ketiga, hadis Nabi SAW “Barang siapa tidak berterimakasih kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah (HR. Tirmidzi),”
Ekonomi tidak akan berkembang tanpa adanya kerjasama, hubungan sosial yang baik karena manusia adalah zoon politicon. Maka, sesama manusia harus saling menghargai satu dengan lainnya, setiap orang menghargai jasa orang lain, karena setiap orang punya jasa di bidangnya.
Produsen tidak lebih baik dari distributor, distributor tidak lebih mulia kurir. Manajer tidak lebih hebat dari buruh, dan Islam sangat menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh miskin, karena semua punya jasa, Islam menekankan untuk menyadari jasa orang lain dengan berterimakasih, Memberikan rasa adil, kebersamaan, kekeluargaan, dengan inilah ekonomi akan berjalan baik.
Maka, prinsip pertama untuk membangkitkan ekonomi syariah adalah jujur dalam iman kita, inilah yang disebut demand of giving up that things. Prinsip kedua adalah memberikan manfaat, inilah yang disebut dengan demand of giving. Dan ketiga adalah mensyukuri jasa manusia, ini yang disebut dengan demang of thanks giving.(MUKHRIJ/Debar)