Syiar Debar ‘Halloween dan Hilangnya Jatidiri’ Oleh: Dr. KH. Mukhrij Sidqy, MA
DEBAR.COM.-DEPOK- Allah SWT berfirman “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh nyata bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (Fâthir/35:6) Ayat itu perlu kita ingat kembali, karena boleh jadi secara lisan kita menyatakan bahwa setan itu musuh, tetapi secara prilaku kita bersekutu dengan setan, yaitu dengan mengikuti budaya-budaya yang buruk.
Budaya (‘Urf) pada dasarnya bersifat netral. Jika ia baik maka bisa diakomodir oleh agama sebagai perangkat hukum (al-‘adah muhakkamah), tetapi jika buruk maka ia harus di tolak (‘urf fasid). Maka ada budaya yang boleh dan harus dipertahankan seperti budaya open house pasca lebaran, membuat event tertentu dalam rangka berdzikir dan mendengar nasehat seperti maulid dan sebagainya. Adapula budaya yang lebih baik bahkan wajib di tinggalkan.
Diantara budaya yang bertentangan dengan ajaran Islam adalah Budaya Halloween. Halloween dari segi asal usulnya yang religius bagi umat Kristiani hingga shifting (pergeserannya) hingga menjadi event sekuler tidak patut untuk diikuti oleh umat Islam karena beberapa alasan, diantaranya epistimologi budaya yang bertentangan dengan akidah, dan hilangnya jati diri umat Islam sehingga perlu budaya tersebut untuk mengekspresikan eksistensi diri.
Terkait sebab kedua, hukum alam yang berlaku adalah, budaya yang kuat akan memakan budaya yang lemah. Saat terjadi akulturasi (percampuran) budaya seperti di era globalisasi saat ini, kaum yang kuat jati dirinya akan mendominasi kaum lain dari berbagai segi termasuk budaya. Maka, jika kita tidak mampu mengekspor budaya positif pada dunia, malah mengimpor berbagai budaya negatif ke Indonesia, artinya masyarakat Indonesia mengalami krisis jati diri. Mirisnya, mayoritas masyarakat itu adalah muslim.(MUKHRIJ/Debar)