SYIAR DEBAR ‘Orientasi Baru Majelis Taklim Depok’ Oleh: Ustad Dr.Mukhrij Sidqy, MA

DEBAR.COM.-DEPOK- Salah satu isu kontemporer yang cukup viral adalah pertanyaan bagaimana Al-Quran menjawab perkembangan zaman dengan segala problematikanya. Maka lahirlah sebuah pernyataan “An-Nushûsh kânat mutanâhiyah, wa al-waqâ’i gharu mutanâhiyah. Wa mâ lâ yatanâhâ la yudhbithuhu mâ yatanâha” (Al-Quran telah final, dan problematika tidak pernah final, dan sesuatu yang tidak final tidak bisa dibatasi oleh yang final).

Pernyataan di atas bukan untuk men-desakralisasi-kan Al-Quran, tapi merupakan tantangan (challenge) bagi para ahlul Quran untuk menghadirkan kemukjizatan Al-Quran yang Sholih li kulli zamân wa makân (selalu relevan dimanapun dan kapanpun), menjadi solusi kehidupan baik dari segi ekonomi, sosial, politik khususnya spiritual. Singkatnya, kita yakin se-yakin-yakinnya bahwa Al-Quran memang demikian, tetapi tidak dengan para penganutnya, mereka adalah kita, umat Islam, para da’i, santri dan sebagainya.

Di Depok sendiri, pertumbuhan Masjid, Musolah dan Majelis Taklim tidak sedikit, seperti tumbuhnya rumput di musim hujan, belum lagi semarak hari besar Islam dengan baleho dan umbul-umbulnya, bisa dibayangkan berapa perputaran uang umat pada hal-hal yang demikian. Tetapi, apa hasilnya bagi Depok, hasilnya adalah wawasan umat yang sifatnya tikrâriyyah (mengulang dan berulang), materi majelis taklim yang orientasinya cendrung melangit dan menghitung pahala, ditambah dengan saling adu dalil untuk eksistensi. Lebih parah lagi, menggunakan referensi kitab klasik dengan perspektif penjelasan yang juga klasik, ini jelas melawan hukum relevasi di atas tadi.

Untuk apa berbicara surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai jika masyarakat Islam Depok dan para tokoh agamanya serta komunitas majelis taklimnya tidak mampu menjaga kebersihan sungainya sendiri. Untuk apa pula berbicara tentang hitungan pahala seakan-akan Allah akan lupa pada amalannya. Yang kita butuhkan saat ini adalah wawasan progressif. Wawasan ke-Islam-an yang mampu menjadikan umat Islam Depok maju, modern, sejahtera, meskipun tetap sederhana.

Saat ini, kota Depok yang mengaku memiliki slogan religius perlu satu arah baru wawasan ke-Islam-an. Majelis Talim harus peka terhadap perkembangan zaman, tidak atas nama mempertahankan tradisi kemudian tenggelam dalam keterbelakangan, wawasan itu paling tidak tentang dua hal, bagaimana umat maju dengan ekonominya sendiri, bukan sebagai “pengemis syariah”, dan kedua adalah tekhnologi. Inilah tantangan untuk majelis talim kota Depok.(MS/Debar)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button