Polri dan Citranya di Masyarakat oleh: S. Stanley Sumampouw
DEBAR.COM.-DEPOK- Berbagai survey yang diadakan oleh pihak-pihak lembaga survey maupun media, menunjukkan kenaikan kepercayaan masyarakat terhadap Polri yang pesat. Ini tidak terlepas dari tiga hal yang sangat menonjol saat ini. Yaitu, Penanganan terorisme, Pengaturan mudik lebaran yang sangat berhasil, khususnya di Pulau Jawa, dan Penindakan kedalam internal Polri dengan penertiban pungli dan sebangsanya.
Sejak Tito Karnavian diangkat sebagai Kapolri, berbagai program baru dibuat dengan penajaman pada Modernisasi mindset dan pembinaan mental anggota Polri. Hal tersebut bisa dilihat pada program prioritas Kapolri yang dinamakan dengan PROMOTER dan penjabarannya yg tercakup dalam COMMANDER WISH.
Semboyan Promoter mengharapkan setiap anggota Polri bisa menjadi: PROfesional, MOdern dan TERpercaya. Sedangkan tindak lanjut program prioritas Kapolri tersebut terdapat dalam penjabaran COMMANDER WISH KAPOLRI.
“Tulisan saya ini tentunya tidak dumaksudkan untuk menyorot program Promoter dan penjabarannya pada Commander Wish. Saya akan menulis sesuai judul saja dan yang saya ketahui secara umum mengenai apa itu Polri,” tutur Stanley, Minggu (14/19/2018).
Pengangkatan Tito Karnavian sebagai Kapolri oleh Presiden Jokowi boleh dibilang menuai kontroversial pada awalnya. Tidak pernah di era modern Polri ada Kapolri yang bisa menjabat sebagai Kapolri begitu lamanya. Dengan usia pada saat dilantik baru 51 tahun, dapat dipastikan bahwa Tito akan menjabat selama 7 tahun lagi (pensiun Pati Polri diusia 58 tahun). Setelah terbiasa kita melihat kapolri berganti setiap 2 tahun sekali bahkan banyak yang hanya menjabat setahun lebih, inilah Kapolri yang terlama yang akan Polri miliki.
Terlepas dari kontroversi bahwa Tito melambung jauh dari senior-seniornya, saya setuju dengan hal ini. Kenapa?
Pertama, Polri perlu menguji dan menjalankan program-programnya secara aman dan teruji dengan waktu yang cukup. Bukannya setiap dua tahun program berganti mengikuti penggantian Kapolri baru. Bahkan banyak Kapolri yang asal menjalankan Polri tanpa program yg jelas dan teruji.
Yang kedua, Kapolri memerlukan waktu yang cukup untuk menganalisa program-programya serta menerapkan merrit sistem dan punish and reward atas program-program yang sedang dijalankannya. Dan yang ketiga tentunya antisipasi terhadap keadaan politik jangka menengah didalam negri.
Sejak dilantik menjadi Kapolri tanggal,13 Juli 2016, Tito membawahi 33 Polda dengan 450an Polres dan ribuan Polsek di Indonesia. Dalam setahun dengan program Promoternya telah bertumbuhan angkatan baru Kapolres-kapolres muda yang melek IT dan sangat profesional dan juga dekat dengan masyarakat. Beberapa diantara mereka saya kenal. Mereka benar-benar merubah wajah Polri menjadi lebih ramah, tidak jaim, dan selalu mencoba mendekati masyarakat dengan berbagai program2 yang merakyat. Diantara mereka sebut saja Kapolres Kampar Akbp Edi Sumardi Priadinata, yang saat ini sudah menjadi Wakapolresta Pakan Baru. Ada Akbp Fadly Samad di Tuban, Akbp Wahyu S Bintoro di Bojonegoro, Akbp Takdir Matanette di Banjar, Akbp Agung Marlianto di Jombang, Akbp Yong Ferryjhon di Tulungagung, Akbp Bagus Setiono di Touna, Akbp Made Agus Prasetya di Madiun, Akbp Yossy Runtukahu di Blitar yang saat ini sudah menjabat sebagai Wadir Narkoba di Polda Sumut. Ditingkat yang lebih tinggi sedikit ada Kombes Pol Sabilul Alif dari Tangerang dan Kombes Pol Muh Iqbal dari Surabaya Kota. Sedangkan di Bandung ada Kombes Pol Hendro Pandowo. Banyak lagi teman-teman kapolres yg tidak dapat saya sebutkan satu per satu disini. Teman-teman Kapolres ini saling berlomba dan bersungguh-sungguh membuat berbagai kegiatan dan program yang mendekatkan Polri dengan masyarakat sebagai perwujudan program prioritas Kapolri yaitu Promoter.
Keberhasilan Polri saat ini tentunya juga harus diiringi dengan perbaikan-perbaikan dalam manajemen Polri sendiri yang hingga saat ini masih dijalankan.
Dari berbagai perbincangan dalam masyarakat, kita tahu bahwa bagian terburuk di Polri yang ikut-ikutan merusak citra Polri adalah Lalu Lintas dan Reserse. Dua bagian ini yang langsung berhadapan dengan masyarakat banyak, baik dalam penanganan masalah-masalah lalu lintas dijalan raya dan Reserse dalam penanganan kasus-kasus berdasarkan laporan masyarakat. Disinilah tercipta pungli yang sangat meresahkan masyarakat pemakai jalan atau yang berperkara di polisi.
Selain itu, sudah menjadi rahasia umum bahwa penerimaan anggota Polri juga diwarnai dengan berbagai pungli dan sogokan uang masuk. Hal ini terlihat dengan maraknya berbagai kasus penangkapan diberbagai Polda terhadap oknum panitia penerimaan siswa Polri. Meskipun untuk hal ini sedang diupayakan langkah-lamgkah penertiban yang lebih baik lagi.
Masih banyak lagi yang bisa ditulis disini berbagai keburukan yang masih perlu diperbaiki di Polri. Tetapi mempersoalkan keburukan serta kekurangan dan kesalahan2-kesalahanPolri saja jelas sama sekali tidak akan membantu lembaga ini menjadi lebih baik.
“Yang diperlukan adalah kepercayaan dan kesabaran dari masyarakat untuk memberikan waktu Polri memperbaiki ini semua. Sementara Polri juga memperlihatkan kesungguhannya dalam berbagai kasus tanpa pilih bulu dan tebang pilih,” ujarnya.
Sebelum saya mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengusulkan satu hal. Yaitu perlunya suatu sistim dimana program-program yang bagus dari para Kapolres bisa diamankan dan dijadikan program baku untuk diterapkan menjadi program Polri.
Demikian tulisan saya yang “Pastinya tulisan saya ini tidak bisa memuaskan semua pihak yang ditulis dengan berbagai keterbatasan dan pengetahuan.
Saya berharap Polri yang sudah membaik menjadi semakin baik karena Polri adalah milik kita semua,” pungkasnya. (SSS/AR/Debar)