SYIAR DEBAR ‘Harta Haram Penyebab Terhalangnya Doa’ Oleh: Ustad Dr.Mukhrij Sidqy, MA
DEBAR.COM.-DEPOK- Setiap doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT pasti mendapat ijabah, firman-Nya “Berdoalah kepada-Ku, maka akan Aku perkenankan untukmu”. (Ghafir : 60). Namun, bukan berarti tanpa pengecualian, hadis Nabi Muhammad SAW mengatakan “Seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?” (HR. Muslim), berarti semua doa pasti diijabah, kecuali yang berdoa dengan harta haram.
Imam Al-Ghazali ra menasehati kita agar jangan sampai memakan makanan haram, atau membeli makanan dari uang yang haram, karena makanan dari hasil yang haram mustahil melahirkan keturunan yang sholih sholihah. Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Allah SWT itu Thoyyib, dan tidak akan menerima kecuali yang thoyyib), thoyyib berarti baik dan bersih. Maka, kekayaan tidak bisa membeli kesholihan, tetapi kehalalan bisa mewujudkan kesholihan itu, karena di dalam harta halal terdapat keberkahan. Sebaliknya, harta yang haram dipenuhi oleh syetan, yang apabila masuk ke aliran darah, maka aliran darah itu akan dipenuhi syetan dan mengarahkan pikiran serta tubuh untuk berbuat keburukan”.
Dahulu seorang pemuda di Syam (Damaskus) bertaubat hanya karena memakan buah apel yang hanyut di sungai. Ia mencari pemiliknya dan meminta maaf, hingga pemiliknya mengatakan bahwa syarat mendapatkan maaf adalah dengan menikahi putri pemilik apel. Dengan pernikahan pasangan yang sholihah ini lahirlah seorang ‘Alim Ar-Rabbani An-Numan bin Tsabit atau yang kita kenal dengan nama Abu Hanifah, salah satu dari matahari umat Islam hingga hari kiamat, pendiri madzhab Hanafi. Maka, bukan mahalnya sekolah yang mampu mencetak generasi sholih, melainkan harta yang halal.
Lain lagi dengan seorang pemuda bernama Mubarok yang biasa menjaga kebun. Ketika tuannya meminta agar dipetikkan buah yang manis, Mubarok berkali-kali tidak mendapatkannya. Hingga sang tuan marah dan mengatakan bahwa Mubarok tidak becus menjaga kebun, karena bertahun-tahun tidak bisa membedakan mana buah manis dan mana buah asam. Tetapi Mubarok punya alasan, bahwa ia tidak berani sekalipun memetik buah itu meski ia yang menjaga buah tersebut. Dengan ketaqwaannya menjaga makanan halal, ia menikahi putri pemilik kebun dan melahirkan seorang ulama besar bernama Abdullah bin Mubarok ra.
Perlu kita instropeksi, mengapa dengan bertumbuhnya lembaga pendidikan, masjid-masjid, juga dengan banyaknya lembaga negara terkait hukum dan keuangan, tetap saja angka korupsi tinggi, artinya ada akhlak masyarakat yang hancur, apakah mereka tidak mendapat doa dan berdoa? Atau apakah mereka tidak diajarkan disekolah tentang budi pekerti jujur? Jawabannya, boleh jadi ada harta haram yang beredar dan masuk ke perut hingga mengakibatkan tumpulnya doa, ketika doa untuk dzurriyyah (keturunan) kita sudah tumpul, maka sulit sepertinya generasi mendatang akan menjadi generasi yamg sholih.(MUKHRIJ/Debar)