Warga Depok Butuh Pemimpin Yang Mengedepankan Gagasan, Bukan Kepentingan Golongan
DEBAR.COM.-DEPOK- Jelang pesta demokrasi Kota Depok suhu politik mulai memanas. Setelah pasangan Pradi-Afifah mendeklarasikan diri, giliran Idris mengklaim dapat rekomendasi dari PKS. Euforia pendukung salah satu calon bergelora, masyarakat di bawah terkena imbasnya. Bahkan, seakan terkotak-kotakan dan tidak heran mulai muncul ujaran kebencian yang memicu pada perpecahan.
Koordinator Gusdurian Kota Depok Mansyur Al-Farisi memiliki pendapat lain saat ditemui di sela-sela kesibukannya dalam gerakan ketahanan pangan melalui tanam talas. “Jangan ada pengkotak-kotakan antar golongan, fanatisme berlebihan, kecenderungan kubu-kubuan di masyarakat karena warna atau golongan,” ujarnya di Sawangan, Kamis (23/07/2020).
Mansyur menegaskan, tidak bisa dipungkiri jelang Pilkada munculnya kubu-kubuan. Pasalnya, bukan gagasan yang ditonjolkan tapi kepentingan yang dimunculkan. Dia menambahkan, kedua pasangan ini belum memunculkan terobosan ide dan gagasan perubahan Depok ke depan. Sebagaimana dketahui, dua pasang ini merepresentasikan kepemimpinan lama masih carut marut persoalan Depok yang belum terselesaikan.
“Kondisi ini bisa mengkhawatirkan masyarakat partisipasi berkurang. Bahkan, bisa jadi antipati karena ga ada terobosan. Karena muncul kepentingan elit dan golongan,” terang aktivis yang gencar sosialisasikan tanam talas di Depok.
Poros Tengah Warna Baru Lebih Oke
Menurutnya, bisa sangat mungkin kalau hanya muncul dua pasang dengan warna yang monoton akan meningkatkan golput. Ia menambahkan, sebagai salah satu solusinya adalah menguatkan gerakan strategi konsep ke arah perubahan. “Bisa jadi poros tengah dengan warna baru lebih oke,” tegasnya.
Idealnya, sosok yang punya gagasan, lebih terbuka terhadap gagasan. Sebagai alternatif harus lebih bagus dalam gagasan, utuh menangkap gagasan bersama komunitas dan lainnya,” jelasnya.
Menurutnya, saat ini di lapangan belum nampak gerakan dan siapa poros baru di Depok. Hanya saja, dirinya memberikan catatan bila muncul sosok yang tidak mengakomodir gerakan perubahan dan poros baru tidaklah berarti. Ia mencontohkan, belum ada yang melihat Depok sebagai Kota heterogen yang utuh dengan perbedaan.
“Sampai saat ini belum ada gagasan Depok sebagai kota penyangga yang memiliki kekuatan strategis. Apalagi dalam menyuarakan pelayanan dan komunikasi maksimal pada masyarakat dengan banyak dijumpai pelayanan yang berantakan,” paparnya.
Sementara salah satu warga Depok, Rizky mengatakan dirinya sependapat dengan Mansyur, Depok saat ini membutuhkan munculnya Poros Tengah Warna Baru tentunya dengan munculnya wajah baru di pencalonan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok.
Dikatakan Rizky, Hardiono merupakan salah satu kandidat bakal Calon Wali Kota Depok, dan sangat tepat kalau kehadirannya sebagai wajah baru di poros tengah.
“Nama Hardiono juga digadang-gadang menjadi bakal calon Wali Kota Depok. Hardiono orang yang paling tepat untuk menempati Poros Tengah Warna Baru. Perhelatan Pilkada akan diwarnai dengan DI, D2 dan D3,” pungkasnya. (AR/Debar)