DEBAR.COM.-DEPOK- Tidak ada yang salah dengan istilah Tahun Baru, tidak ada Bid’ah, tidak ada Fasiq, tidak pula Tasyabbuh. Yang salah adalah cara menyikapi dan mengisinya. Bahkan, tidak perlu menunggu moment tahun baru. Jika keseharian, tingkah laku kita bertentangan dengan akhlak Islam, itulah sejatinya kefasikan dan penyerupaan terhadap tingkah laku setan.
Apa itu tingkah laku fasik dan penyerupaan terhadap setan? Yaitu tingkah laku yang kerap menghina dan merendahkan sesama muslim, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Mencaci seorang muslim itu perbuatan fasiq…”. Adapun tingkah laku yang menyerupai setan adalah gemar menyebarkan permusuhan dan kedengkian antar umat (‘adawah wa al-bahgdhâ).
Seringkali kita dengar istilah Tasyabbuh bil kufr (menyerupai orang kafir). Kalau mau dirinci dan didalami, apa sebenarnya menyerupai kafir itu? Bukankah pelaku korupsi (maling uang rakyat), yang membuang sampah sembarangan, mengotori lingkungan adalah perbuatan kafir?. Kebersihan itu sebagian dari iman, itu berati orang yang mengotori lingkungan kehilangan sebagian imannya, tegasnya, sebagian iman sebagian kafir.
Baca Juga: Muhasabah dan Zikir Menjadikan Kita Hari ini Harus Lebih Baik
Banyak pula yang mengadakan dzikir berjamaah atau munajat-munajat berjamaah di awal dan akhir tahun untuk kebaikan dunia dan akhirat, untuk umat dan bangsa. Jelas itu adalah moment yang positif, yang tidak perlu dicari-cari dalil untuk menyalahkan dan men-sesat-sesatkannya. Jika ada moment untuk intropeksi berjamaah, saling menasehati, kapanpun itu baik.
Tahun baru 2025, hanyalah sebuah lompatan waktu. Baik dan tidaknya adalah tergantung kita menyikapi dan mengisinya. Dan sikap yang paling baik terhadap waktu, adalah mengisinya dengan menjaga keimanan lahir batin, bukan hanya pandai mengaku, tapi terlihat dalam sikap dan akhlak mulia sesama manusia (amal sholeh). Mudah-mudahan akhlak kita yang gemar menjelek-jelekkan satu sama lain semakin menjadi baik di tahun baru, sehingga jelas dan nampak hikmah tahun baru. (MUKHRIJ/Debar)
